1.
Pengertian astronomi dan keterkaitannya dengan
sains islam.
Sebelum lebih jauh membahas perkembangan ilmu
astronomi, terlebih dahulu kita berbicara tentang siapa penemu ilmu ini, Memang
jarang kita temukan literatur yang tercoret di dalamnya siapa yang pertama kali
melakukan pengamatan terhadap benda-benda langit. Dalam kitab al-Khulasah
al-Wafiyah oleh Zubaer Umar Jailani, rektor pertama IAIN Walisongo Semarang
dijelaskan bahwa ilmu ini pertama kali ditemukan oleh seorang yang benar
I’tiqadnya, yang membawa misi monoteisme akan eksistensi dzat yang yang
menciptakan alam semesta ini (tuhan semesta alam), ia adalah Nabi Idris AS. Jejak astronomi tertua ditemukan
dalam peradaban bangsa Sumeria dan Babilonia yang tinggal di Mesopotamia
(3500-3000 SM). Abngsa Sumeria hanya menerapkan bentuk-bentuk dasar astronomi.
Pembagian waktu lingkaran menjadi 360 derajat berasal dari bangsa Sumeria.
Orang sumeria juga sudah mengetahui gambaran
konstelasi bintang sejak 3500 SM. Mereka menggambar pola-pola rasi bintang pada
segel, vas, dan papan permainan. Nama rasi Aquarius yang kita kenal berasal
dari bangsa Sumeria. Astronomi juga sudah dikenal masyarakat India kuno.
Sekitar tahun 500 SM, Aryabhata melahirkan sistem matematika yang menempatkan
bumi berputar pada porosnya. Aryabhata membuat perkiraan mengenai lingkaran dan
diameter bumi. Brahmagupta (598-668) juga menulis teks astronomi yang berjudul
Brahmasphutasiddhanta pada 628. Dia astronom yang memecahkan masalah-masalah
astronomi.
2.
Perkembangan pada periode geosentris
Embrio teori Geosentris dimulai sejak zaman
Aristoteles (384-322) yang menyatakan bahwa bumi itu bulat, dengan menunjukkan
argument ketika terjadi proses gerhana terdapat bayang-bayang lengkung pada
bulan yang disebabkan oleh posisi bumi. Ia juga berpendapat bahwa pusat jagat
raya adalah bumi. Sehingga semua benda-benda langit bergerak mengitari bumi. Sekitar
tahun 150 M, di Alexandria hiduplah seorang astronom Mesir bernama Ptolomeus.
Ia merupakan peneliti ahli dan menjadi popular karena ensiklopedia yang
disusunnya, yang berisi semua pengetahuan sains dari dunia kuno. Kita
mengenalnya dengan almagest. Selain memberikan satu-satunya catatan catalog
bintang Hipparchus, buku ini juga menimpulkan pandangan klasik bumi sebagai
pusat alam semesta. Konsep ini dikenal dengan konsep alam semesta Ptolomeus.
Sejarah sosial teori geosentris yang menyangkut
dinamikanya di tengah-tengah dominasi gereja pada kurun abad 3-16, yang mampu
menghasilkan tipologi tersebut sehingga dapat diterima pada ranah pmahaman
manusia mengenai konsep alam semesta. Dilihat dari suasana pada kuru waktu
tersebut, keberadaan dewan gereja memiliki otoritas penuh dalam menentukan
segala kebijakan, apalagi yang berkaitan dengan deologi. Pada abad pertengahan
sekitar abad 12 s/d a5 orang-orang eropa barat sanagat mendukung Aristoteles.
Sehingga Aristoteles dianggap mutlak benar.
Lalu muncul pertanayaan Aristoteles yang
menyatakan pusat alam semesta. Pendapat Aristoteles ini berdasarkan keterangan
ayat Yoshua 10:12a-13, yaitu “matahari, berhentilah di atas gabeon dan engkau,
bulan di atas lembah Ayalon!”. Maka berhentilah matahari dan bulan itu
bergerak, oleh dewan gereja pernyataan ini didukung sepenuhnya karena sesuai
dengan apa yang tertera dalam Yosua, dan dijadikan pegangan oleh rakyat awam
pada umumnya. Sehingga teori Geosentris dianggap mutlak benar pada saat itu.
Bangsa Eropa barat pada abad XIII M, tengah
dilanda tumbuhnya isme-isme baru seperti humanisme, rasionalisme, renaisainsme
sebagai reaksi dari filsafat skolastik di masa itu, dimana orang dilarang
menggunakan rasio atau faham yang kontaradiktif dengan pemahaman gereja. Pemikiran
yang dianggap melanggar agama oleh gereja, memungkinkan si penggagas dapat
dihukum denagn dsiksa bahkan dihukum mati. Seperti yang dialami oleh Giardono
Bruno (1548-1600), salah seorang pendukung ide alam semesta Nicolas Copernicus
dengan Teori Heliosentris. Ia ditangkap dan disiksa oleh deawan Inquisasi
Gereja, dan akhirnya dihukum mati di tiang pembakaran di Roma pada bulan
februari 1600. sehingga teori Geosentris ini terus berkembang dan mengakar
sebelum akhirnya dipatahkan oleh teori Heliosentris.
3.
Pencetus dan pendukung geosentris
Aristoteles (384-322)
Seorang ahli filsafat terbesar sepanjang masa.
Dikenal dengan bapak peradaban baru, bapak ensiklopedi, bapak ilmu pengetahuan,
dan berbagi julukan lain yang disematkan kepadanya. Tokoh ilmu logika, biologo,
fisiks, matematika, botani, kimia, anatomi, zoology. Dia juga seorang pengarag
produktif yang telah mengarang lebih Dari 50 buku, disertai dengan
uraian-uraian yang sisematis.
Claudius Ptolomeus (140 SM)
Seorang ahli Geografi dan astrologi. Pendukung
teori yang dikemukakan oleh aristoteles, kemudian menyempurnakan dan
mempopulerkannya hingga namanya lebih dikenal di dunia. Dia juga seorang
pengarang beberapa risalah astronomi , dimana risalah-risalah yang dikarangnya
tersebut banyak diadopsi oleh ilmuwan-ilmuwan setelahnya. Karya-karyanya
adalah: syntasis, Geografia, Tetrabiblos.
Hipparchus (150 SM)
Seorang berkebangsaan Yunani yang juga hali
dalam bidang asronomi, dia termasuk salah satu pendukung teori Geosentris.
Karya-karya yang ia temukan adalah menyusun gambaran baku alam semesta dan
menyusun katalog bintang-bintang yang ditulis dalam bukunya yang berjudul
“introduction to astronomy”.
Abu
Ja’far Muhammad bin Musa al-Khawarizmi (780-875 M)
Ia sangat disegani oleh dunia, karena
pengetahuan dan kemahirannya bukan saja di bidang syariat tapi juga ahli dalam
bidang filsafat, logik, aritmetik, geometri, musik, sastra, sejarah islam dan
kimia. Kontribusi beliau dalam ilmu pengetahuan antara lain: menemukan angka 0
(nol) dalam system perhitungan, menyusun table geometri, menemukan teori
kemiringan ekliptika, merevisi data astronomi dalam kitab sindihid, menciptakan
pemakaian sinus, cosinus, dan tangent dalam penyelidikan trigonometri dan
astronomi dan penyelesaian persamaan, teorema segitiga, sama sisi juga segitiga
sama kaki dan memperkirakan luas segitiga, segi empat dan bulatan dalam
geometria, memperkenalkan aljabar dan hisab. Karya beliau adalah kitab
al-mukhtasar fi hisab al-jabr wa al-muqabalah.
Nasiruddin Muhammad al-Thusi (598-673 H/
1201-1274 M)
Al-Thusi
juga ahli dalam bidang astronomi, teologi, etika, dan filsafat masih dipelajari
hingga kini sbagaimana juga terhadap karya-karya Ibn Sina, sehingga banyak yang
menjulukinya Ibn Sina kedua. Di antara karya-karyanya adalah Meneliti lintasan,
ukuran, jarak planet merkurius; meneliti terbit dan terbenam matahari;
menemukan ukuran dan jarak matahari dengan bulan; meneliti kenaiakan
bintang-bintang; menemukan teori gerak planet. ia juga menulis buku: Jadwal
al-Kaniyan, Zubdah al-hai’ah.
Ibnu
Jabr al-Battani (858-929 M)
Salah
seorang ahli astronomi dan matematika yang bergitu dikenal luas di dunia ilmu
pengetahuan. Kontribusinya dalam di bidang ilmu pengetahuan adalah menciptakan
teropong bintang; menemukan teori mengenai garis lengkung bulan dan matahari
yang diaplikasikan dalam menentukan gerak akselerasi bulan; menemukan bahwa
kemiringan ekliptik, panjangnya musim, dan orbit matahari; menemukan orbit
bulan dan planet; menetapkan teori baru untuk menentukan sebuah kondisi
kemungkinan terlihatnya bulan baru; menemukan perhitungan secara akurat
revolusi bumi terhadap matahari. Adapun buku-buku yang ia tulis antara lain:
Tabriel al-Maghesti; Tahmid al-Mustofa li Ma’na al-Manar.
Al-Farghany
Salah
satu ilmuwan muslim yang berhasil menorehkan prestasi dalam dunia astronomi
adalah Abul-Abbas Ahmad ibn Muhammad ibn Kathir al-Farghani. Ia adalah salah
satu astrono yang hidup pada masa pemerintahan khalifah Al-Makmun pada abad IX
dan menjadi orang kepercayaan. Kontribusinya dalam ilmu pengetahuan antara
lain: menemukan jarak dan diameter planet-planet lainnya; menentukan besarnya
diameter bumi yang mencapai 6.500 mil; mampu meneropong bintang-bintang.
4.
Perkembangan pada periode heliosentris
Sejarah singkat lahirnya teori heliosentris
Pengamatan
tentang fenomena langit telah dilakukan sejak zaman kuno oleh orang-orang Cina,
Mesopotamia, dan Mesir. Akan tetapi pengetahuan mengenai fenomena langit
dijadikan sebuah ilmu baru terwujud dan berkembang pada zaman Yunani sekitar
abad VI dengan nama ilmu astronomi.
Babak
astronomi Yunani dimulai oleh Thales pada abad VI SM yang berpendapat bahwa
bumi berbentuk datar. Walaupun pada abad yang sama ada seorang ilmuwan yang
mengetahui bahwa bumi berbentuk bulat (phytagoras). Akan tetapi terobosan
terpenting pertama dalam astronomi dilakukan oleh Aristoteles dua abad
kemudian. Dia mengekemukakan bahwa bumi berbentuk bulat bundar dengan didukung
sejumlah bukti ilmiah. Ia juga berpendapat bahwa pusat jagat raya ini adalah
bumi, sementara bumi selalu dalam keadaan tenang, tidak bergerak, dan tidak
berputar. Pandangan ini disebut dengan teori geosentris.
Terobosan
kedua hampir dilakukan oleh Aristarcus pada abad III SM jika dia mempunyai
cukup banyak pendukung. Aristarcus tidak hanya berpendapat bahwa bumi bukanlah
pusat alam semesta (geosentris). Akan tetapi dia juga menyatakan bahwa bumi
berputar dan beredar mengelilingin matahari yang merupakan pusat gerak langit
(heliosentris). Inilah wal munculnya teori heliosentris. Sehingga orang pertama
kali mengemukakan teori heliosentris sebenarnya adalah Aristarcus. Namun teori
ini tidak mendapat posisi keilmuwan pada zaman itu yang disebabkan oleh
kurangnya pendukung.
Zaman
astronomi klasik Yunani ditutup oleh Hipparchus pada abad I SM yang menyatakan
bahwa bumi itu diam. Sedangkan matahari, bulan, serta planet-planet
mengelilingi bumi (geosentris). System geosentris ini disampaikan oleh
plotomeus pada abad II M yang lebih dikenal dengan system ptolomeus. Dengan
berbekal pengalaman dan pengetahuan, dia menyusun buku besar tentang ilmu
bintang-bintang yang berjudul syntatis. Pandangan ptolomeus (geosentris)
berlaku selama lebih dari tiga belas abad.
Pada
abad III M, ada seorang pengembara India yang menyerahkan sebuah data astronomi
dengan judul Shindind atau sidhanta kepada kerajaan islam di bagdad, kemudian
buku ini diterjemahkan ke dalam bahasa arab oleh al-fazari, sehingga tidak
mengherankan jika sekitar aba IX M (300 tahun setelah wafatnya Nabi),
Negara-negara islam telah memiliki kebudayaan dan pengetahuan yang tiinggi.
Banyak ilmuwan dengan hasil karyanya yang gemilang tertumpuk di
perpustakaan-perpustakaan Negara islam termasuk hal-hal yang berhubungan dengan
astronomi.
Sekalipun
ilmu falak dalam peradaban islam sudah cukup maju, namun yang perlu dicatat
adalah bahwa pandangan terhadap alam secara umum masih mengikuti pandangan
geosentris. Di abad yang sama, juga muncul tokoh islam yang menganggap
bahwasanya teori geosentris tidak masuk akal. Ia adalah Abu Raihan Al-Biruni.
Ia merupakan orang yang pertama kali menolak teori ptolomeus. Sekitar abad XIV
juga muncul tokoh islam yang merombak habis teori Geosentris Ptolomeus. Ia
adalah Ibnu Shatir dalam bukunya yang berjudul “Nihayat al-Sulfi Tashih
al-Ushul”.Walaupun ada beberapa tokoh yang menentang teori ptolomeus, namun
sebenarnya lebih dari tiga belas abad konsep geosentris diterima oleh
masyarakat dunia. Baru pada tahun 1512 M (abad XVI), Copernicus membuka sejarah
baru dengan mengekemukakan bahwa planet dan bintang mengelilingi matahari
dengan orbit lingkaran (Heliosentris). Mulai abad inilah teori Heliosentris
diterima oleh masyarakat dunia. Walaupun sejak Copernicus mengekemukakan
pandangan heliosentrisnya muncul dua aliran, yaitu aliran Ptolomeus
(Geosentris) dan aliran Copernicus (Heliosentris). Namun teori Heliosentris
senantiasa berkembang sesuai dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan lahirnya
tokoh-tokoh pendukung teori ini, yaitu Johannes Kepler, Galileo Galilei, dan
Sir Isac Newton dengan penemuan-penemuanya.
5.
Tokoh dan Pendukung Heliosentris
Aristarcus (abad III SM)
Aristarcus
merupakan seorang ahli astronomi klasik Yunani pertama yang tidak setuju dengan
pendapat Aristoteles tentang teori geosentrisnya pada abad III SM. Ia
berpendapat bahwa bumi bukalah pusat alam semesta (Geosentris), akan tetapi,
bumi itu berputar dan beredar mengelilingi langit.
Nicolas
Copernicus (1473-1543)
Nicolas
Copernicus adalah ahli astronomi amatir dari polandia yang menentang pandangan
Geosentris dari Ptolomeus. Ia mengekemukakan dalam bukunya “Revolutionibus
Orbium Calestium” bahwa matahari merupakan pusat dari suatu system peredaran
benda-benda langit, yang dikenal dengan Heliosentris yakni senagi pusat
peredaran bumi dan benda-benda langit lain yang menjadi anggotanya. Selanjutnya
dikemukakan pula bahwa bumi berputar pada sumbunya (rotasi) Sekali dalam satu
hari dan bulan pun bergerak mengitari bumi dalam 27 1/3 hari untuk sekali
putaran. Sejak Copernicus mengumumkan pandangan heliosentrisnya, maka dalam
dunia astronomi sampai abad 18 M ada dua aliran yaitu aliran Ptolomeus dan
aliran Copernicus.
Galileo Galilei (1564-1642)
Setelah Galileo membaca karya Copernicus tentang gerak
benda-benda langit, kemudian ia menyusun teori kinematika tentang benda-benda
langit yang sejalan dengan Copernicus. Di samping itu ia berhasil membuat
teleskop yang dapat dengan mudah dan jelas melihat relief permukaan bulan,
noda-noda matahari, planet saturnus dengan cincinnya yang indah, planet Yupiter
dengan empat buah satelitnya, dan sebagainya. Karya Galileo tentang peredaran
benda-benda langit seperti itu dinyatakan terlarang untuk dibaca umum, karena
bertentangan dengan pandangan dan kepercayaan kaum gereja.
Johannes Kepler (1571-1630)
Kepler adalah seorang yang berkebangsaan Jerman, dengan tidak
kenal lelah ia selalu mengadakan penelitian benda-benda langit. Ia memperluas
dan menyempurnakan ajaran Copernicus. Teori-teori yang ia kemukakan dilandasi
matematika yang kuat, ia menjadi landasan dalam ilmu astronomi. Tiga hokum itu
adalah:
·
Lintasan
planet menyerupai ellips dengan matahari pada salah satu titik apinya.
·
Garis
hubung planet matahari akan menyapu daerah yang sama luasnya dalam selang waktu
yang sama panjangnya.
·
Pangkat
dua kala edar planet sebanding dengan pangkat tiga jarak planet ke matahari.
Tycho Brahe (1546-1601)
Tycho Brahe ahli astronomi berkebangsaan Denmark, banyak merancang
dan membangun alat-alat astronomi yang besar yang belum pernah dibangun orang
sebelumnya. Pada tahun 1576 ia membangun sebuah observatorium dan bekerja di
dalamnya selama 21 tahun, banyak data penting tentang alam semesta yang
dicatatnya ternyata sangat berfaedah untuk ilmu astronomi pada masa kemudian.
Konsep Tycho Brahe sebetulnya berusaha menggabungkan system Plotomeus dan Copernicus
dengan pusat jagat raya tetap di bumi.
Sir Isaac Newton (1643-1722)
Ia adalah fisikawan, matematikawan,
ahli astronomi dan juga ahli kimia yang berasal dari inggris. Ia merupakan
pengikut aliran heliosentris dan ilmuwan yang sangat berpengaruh sepanjang
sejarah. Bahkan dikatakan sebagai Bapak ilmu Fisika Modern. Dengan hasil karya
ilmiah yang dicapainya, Newton berhasil menulis sebuah buku yang berjudul
“Philosophiae Naturalis Pricipia Mathematika”.
Kontribusi terbesarnya bagi
astronomi adalah hokum grvitasi yang membuktikan bahwa gaya antara dua benda
sebanding dengan massa masing-masing objek dan berbanding tebalik dengan
kuadrat jarak antara kedua benda. Hokum gravitasi Newton memberi penjelasan
fisis bagi hokum kepler yang dikemukakan sebelumnya berdasarkan hasil pengamatan,
hasil pekerjaannya dipublikasikan dalam Principia yang ia tulis selama 15
tahun. Teori Newton menjadi dasar bagi berbagai teori pembentukan tata surya
yang lahir kemudian, yang pasti, bumi mengelilingi matahari bukan sekedar teori
asal jadi, tetapi konsekuensi hukum gravitasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar