2.1
VULKANISME
2.1.1
Pengertian Gunung Api dan Vulkanisme
Para
ahli sampai saat ini belum mendapatkan kata sepakat mengenaia batasan atau
istilah baku tentang definisi gunung api secara tegas. Ilmu yang secara khusus
mempelajari gunung api disebut vulkanologi.
Koesoemadinata
(1977) menyatakan bahwa gunung api adalah lubang atau saluran yang
menghubungkan suatu wadah berisi bahan yang disebut magma. Suatu ketika bahan
tersebut ditembakkan melalui saluran ke permukaan bumi dan sering terhimpun di
sekelilingnya sehingga membangun suatu kerucut yang dinamakan kerucut gunung
api.
Matahalemual
(1982) menyatakan bahwa gunung api (vulkan) adalah suatu bentuk timbulan di
muka bumi umumnya berupa suatu kerucut raksasa, kerucut terpancung, kubah,
ataupun bukit yang diakibatkan oleh penerobosan magma ke permukaan bumi.
Magma
yang cair dan sangat panas di dalam bumi akan ters berusaha keluar ke permukaan melalui peristiwa magmatisme dan
vulkanisme. Vulkanisme adalah peristiwa penerobosan magma keluar sampai ke
permukaan bumi dengan membentuk pegunungan dan gunung berapi (volcano). Magma
yang keluar ke permukan bumi dari suatu proses ekstrusi dinamakan lava.
Sedangkan penerobosan magma ke permukaan bumi tetapi belum sampai ke permukaan
disebut intrusi magma. Intrusi magma menghasilkan bentukan-bentukan sebagai
berikut.
2.1.2
Proses Terbentuknya Gunung Api
Gunung api terbentuk
karena adanya gerakan
magma sebagai arus
konveksi, dimana arus tersebut
menyebabkan gerakan dari
kerak bumi (dikenal
ada 2 kerak bumi
yaitu kerak samudera/oceanic plate
dan kerak benua/ daratan/ continental plate). Gerakan kerak
tersebut juga disebut
pergerakan antar lempeng (teori
tektonik lempeng), terbagi menjadi 3 bentuk gerakan :
1)
Saling menjauh (divergent), menyebabkan terjadinya
pemekaran kerak benua, magma keluar
melalui rekahan tersebut
dan membentuk busur gunungapi
tengah samudera (mid-ocean ridge).
2)
Saling bertumbukan (convergent), kerak samudera menumbuk dan menunjam di
bawah kerak benua,
membentuk zona subdaksi
(subdaction zone) dan terjadi peleburan batuan di zona tersebut, magma
bergerak dan menerobos sehingga membentuk
busur gunungapi tepi
benua (volvcanic arc).
3)
Saling bergeser
sejajar berlawanan
arah (transform) antar
kerak benua yang menyebabkan
timbulnya rekahan, sesar mendatar (contoh Sesar San Andreas).
2.1.1
Struktur Gunung Api
1.Dapur Magma
2.Batuan dasar
3.Pipa kawah
4.Permukaan dasar
5.Retas (siil)
6.Pipa kawah sekunder
7.Lapisan abu gunung
api
8.Sayap / sisi gunungapi
9.Lapisan lava
10.Kepundan
11.Kerucut parasit gunung
api
12.Aliran lava
13.Kawah
14.Bibir kawah
15.Abu gunungapi
2.1.2
Jenis – jenis Gunung Api
Berdasarkan
bentuknya, gunung berapi dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis, yakni
1)
Gunung Api Kerucut (Strato
Vulcano)
Tersusun
dari batuan hasil letusan dengan tipe letusan berubah-ubah sehingga dapat
menghasilkan susunan yang berlapis-lapis dari beberapa jenis batuan, sehingga
membentuk suatu kerucut besar (raksasa), terkadang bentuknya tidak beraturan,
karena letusan terjadi sudah beberapa ratus kali.
Contoh :
§ Gunung Semeru (3.676 m dpl) di Kab Malang, Jatim
§ Gunung Merapi (2.968 m dpl) di Kab Sleman, DIY
§ Gunung Kerinci (3.805 m dpl) di Kab Kerinci, Jambi
§ Gunung Dempo (3.183 m dpl) di Kota Pagar Alam, Sumsel
§ Gunung Agung (3.142 m dpl) di Kab Karang Asem, Bali
2)
Gunung Api Perisai (Shield
Vulcano)
Tersusun
dari batuan aliran lava yang pada saat diendapkan masih cair, sehingga tidak
sempat membentuk suatu kerucut yang tinggi (curam), bentuknya akan berlereng
landau seperti perisai atau tameng dan susunannya terdiri dari batuan yang
bersifat basaltik.
Contoh :
§ Gunung Manoa Loa, Hawai
3)
Gunung Api Maar (Cinder Cone
Vulcano)
Merupakan
gunung berapi yang abu dan pecahan kecil batuan vulkanik menyebar di sekeliling
gunung. Sebagian besar gunung jenis ini membentuk lubang kepundan seperti
mangkuk atau corong di puncaknya.
Contoh :
§ Gunung Rinjani (3.762 m dpl) di Lombok, NTB
4)
Gunung Api Kaldera (Caldera
Vulcano)
Gunung
berapi jenis ini terbentuk dari ledakan yang sangat kuat yang melempar ujung
atas gunung sehingga membentuk cekungan.
Contoh :
§ Gunung Bromo (2.329 m dpl) di Probolinggo, Jatim
§ Gunung Tangkuban Perahu (2.200 m dpl), di Kab Bandung, Jabar
§ Gunung Krakatau di Selat Sunda, Lampung
§ Gunung Kaba (1.916 m dpl) di Kab Rejang Lebong, Bengkulu
2.1.3
Proses Vulkanisme
Proses vulkanisme meliputi ekstrusi
yaitu peristiwa
penerobosan magma keluar sampai ke permukaan bumi dengan membentuk pegunungan
dan gunung berapi (volcano) dan intrusi
yaitu penerobosan
magma ke permukaan bumi tetapi belum sampai ke permukaan.
Proses
ekstrusi dengan cara erupsi berdasarkan bentuk lubang keluarnya magma dapat
dibedakan menjadi dua tipe, yakni
1) Erupsi
Linear atau Erupsi Belahan
Magma kleuar melalui
retakan dan celah-celah yang ada di bumi. Magma yang keluar umumnya berupa lava
cair dan sangat sedikit mengandung material-material (rempah-rempah) lepas.
Sifat lava biasanya basalt, membentuk dataran tinggi atau plateau basalt, seperti yang terdapat di
Sukadana, Provinsi Lampung. Kadangkal pelehan lava ini berlangsung sangat hebat
sehingga disebut the bleedings of the eart seperti yang terjadi di Pulau
Iceland yang panjang erupsinya mencapai 30 km. Tipe erupsi ini juga termasuk
seri lava.
2) Erupsi
Sentral
Magma keluar melalui
diatrema dan kepundan. Diatrema adalah lubang berupa pipa pada gunung apai yang
menghubungkan dapur magma dengan kepundan atau dasar kawah gunung api (crater).
Erupsi sentral terdiri
atas tiga macam seri, bergantung pada tekanan yang terdapat dalam magma.
a) Erupsi
Efusif atau Lelehan
Keluarnya magma yang
bersifat encer dengan tekanan ;emah sehingga hanya menimbulkan lelehan lava
melalui retakan yang terdapat pada tubuh gunung api. Erupsi ini juga dinamakn
seri lava.
b) Erupsi
Eksplosif
Keluarnya magma ke
permukaan bumi dengan cara ledakan akibat magma memiliki tekanan yang tinggi.
Erupsi ini biasa dikebal dengan letusan gunung api, menyemburkan material
vulkanik yang berupa padat dan cair.
c) Erupsi
Campuran
Perselingan antara seri lava dan
eksplosif, membentuk gunung api strato yang terdiri atas perlapisan lava dan
bahan-bahan lepas.
Suatu gunung api yang
akan meletus biasanya ditandai oleh beberapa hal, antara lain
a.
Meningkatnya suhu di sekitar
kawah.
b.
Pepohonan di sekitarnya mongering
dan mati serta banyak binatang liar yang turun dari atas gunung.
c.
Banyak sumber mata air secara
tiba – tiba mongering
d.
Sering terjadi gemuruh dan
getarn – getaran (gempa tremor)
Tipe – tipe letusan
gunung api yaitu
a. Tipe
Hawai
Tipe gunung api ini
dicirikan dengan lavanya yang cair dan tipis, dan dalam perkembangannya akan
membentuk tipe gunung api perisai. Tipe ini banyak ditemukan pada gunung api
perisai di Hawaii seperti di Kilauea dan Maunaloa. Contoh letusan tipe Hawai di
Indonesia adalah pembentukan plato lava di kawasan Dieng, Jawa Tengah.
b. Tipe
Stromboli
Tipe ini sangat khas
untuk gunung Stromboli dan beberapa gunung api lainnya yang sedang meningkat
kegiatannya. Magmanya sangat cair, ke arah permukaan sering dijumpai letusan
pendek yang disertai ledakan. Bahan yang dikeluarkan berupa abu, bom, lapilli
dan setengah padatan bongkah lava. Contoh letusan tipe Stromboli di Indonesia
adalah Gunung Raung di Jawa. Sifat semburan Gunung Raung menyemburkan lava tipe
baraltik, namun terdapat erupsi-erupsi pendek yang bersifat eksplosif
menyemburkan batuan-batuan piroklastik tipe bom dan lapili.
c. Tipe
Vulkano
Tipe ini mempunyai ciri
khas yaitu pembentukan awan debu berbentuk bunga kol, karena gas yang
ditembakkan ke atas meluas hingga jauh di atas kawah. Tipe ini mempunyai
tekanan gas sedang dan lavanya kurang begitu cair. Di samping mengeluarkan awan
debu, tipe ini juga menghasilkan lava. Berdasarkan kekuatan letusannya tipe ini
dibedakan menjadi tipe vulkano kuat (Gunung Vesuvius dan Gunung Etna) dan tipe
Vulkano lemah (Gunung Bromo dan Gunung Raung). Peralihan antara kedua tipe ini
juga dijumpai di Indonesia misalnya Gunung Kelud dan Anak Gunung Bromo.
d. Tipe
Merapi
Dicirikan dengan
lavanya yang cair-kental. Dapur magmanya relatif dangkal dan tekanan gas yang
agak rendah. Contoh letusan tipe Merapi di Indonesia adalah Gunung Merapi di
Jawa Tengah dengan awan pijarnya yang tertimbun di lerengnya menyebabkan aliran
lahar dingin setiap tahun. Contoh yang lain adalah Gunung Galunggung di Jawa Barat.
e. Tipe
Perret (Tipe Plinian)
Letusan gunung api tipe
perret adalah mengeluarkan lava cair dengan tekanan gas yang tinggi.
Kadang-kadang lubang kepundan tersumbat, yang menyebabkan terkumpulnya gas dan
uap di dalam tubuh bumi, akibatnya sering timbul getaran sebelum terjadinya
letusan. Setelah meletus material-material seperti abu, lapili, dan bom
terlempar dengan dahsyat ke angkasa. Contoh letusan gunung api tipe perret di
Indonesia adalah Gunung Krakatau yang meletus sangat dahsyat pada tahun 1873, sehingga
gunung Krakatau (tua) itu sendiri lenyap dari permukaan laut, dan mengeluarkan
semburan abu vulkanik setinggi 5 km.
f. Tipe
Pelle
Gunung api tipe ini menyemburkan
lava kental yang menguras di leher, menahan lalu lintas gas dan uap. Hal itulah
yang menyebabkan mengapa letusan pada gunung api tipe ini disertai dengan
guncangan-guncangan bawah tanah dengan dahsyat untuk menyemburkan uap-uap gas,
abu vulkanik, lapili, dan bom. Contoh letusan gunung api tipe pelle di
Indonesia adalah Gunung Kelud di Jawa Timur.
Penerobosan
magma ke permukaan bumi tetapi belum sampai ke permukaan disebut intrusi magma.
Intrusi magma menghasilkan bentukan-bentukan sebagai berikut.
a. Keping
intrusi atau sills, yaitu sisipan magma yang membeku di antara dua lapisan
litosfer, relatif tipis, dan melebar.
b. Batolit,
yaitu batuan beku yang terbentuk di dalam dapur magma, karena penurunan suhu
yang sangat lambat.
c. Lakolit,
yaitu batuan beku yang berasal dari resapan magma di antara dua lapisan
litosfer dan membentuk bentukan seperti lensa cembung.
d. Gang
atau dikes, yaitu batuan hasil intrusi magma yang memotong lapisan-lapisan
litosfer dengan bentuk pipih atau lempeng.
e. Diatrema,
yaitu batuan pengisi pipa letusan, berbentuk silinder mulai dari dapur magma
sampai ke permukaan bumi.
2.1.4
Gejala Pos Vulkanisme
Pada saat tidak aktif atau saat tenang
setelah terjadi letusan, gunung api masih tetap mempertahankan tanda – tanda
aktivitasnya. Gejala tersebut tetap muncul meskipun letusannya telah berhenti
dalam waktu yang sangat lama. Gejala inilah yang disebut gejala pos vulkanisme.
Gejala pos vulkanisme ini, antara lain berupa
1)
Fumarol, yaitu gas H2S
yang mengeluarkan uap air, keluarnya melalui jalan – jalan atau retakan yang
tidak beraturan.
2)
Solfatar, yaitu gas H2S
yang keluar melalui lubang – lubang khusus yang disebut lubang solfatar.
Contohnya yang terdapat di Kawah Ijen Gunung Bromo (Jawa Timur) dan di Kawah
Gunung Papandayan (Garut, Jawa Barat)
3)
Mofet, yaitu gas asam arang
(CO2)
4)
Sumber air panas, banyak
mengandung mineral. Contohnya
§ Sumber air panas di Tanjung Sakti (Kab Lahat, Sumsel) yang
merupakan aktivitas Gunung Dempo
§ Sumber air panas di Curup (Kab Rejang Lebong, Bengkulu) yang
merupakan aktivitas Gunung Kaba
§ Sumber air panas di Ciater (Kab Subang, Jawa Barat) yang merupakan
aktivitas Gunung Tangkuban Perahu
§ Sumber air panas di Cipanas (Jawa Barat) yang merupakan aktivitas
Gunung Ciremai
5)
Geyser, yaitu semburan air
panas yang keluar dari celah atau retakan batuan. Contohnya :
§ Geyser di Cisolok Jawa Barat
§ Geyser di Taman Nasional Yellow Stone, AS
2.1.5
Sebaran
Gunung Api di Indonesia dan Dunia
Gambar 2.1.7.1
Sebaran Gunung Api di Indonesia
Gambar 2.1.7.2 Peta Gunung Api di
Indonesia
Gambar 2.1.7.3 Persebaran Gunung
Api di Dunia
2.1.6
Peranan
Gunung Api dalam Kehidupan
Selain menimbulkan bencana, gunungapi juga menimbulkan
banyak manfaat, hasil letusan
dapat membentuk daratan
baru, sebagai contoh
Kep. Hawaii terbentuk oleh hasil
letusan gunungapi. Beberapa
manfaat lainnya ialah ditemukannya
mineral logam dan
batumulia pada bom
volkanik dan lava yang
telah membeku seperti
tembaga, perak dan
emas. Beberapa intan terbesar di
dunia ditemukan pada
batuan gunungapi. Cerobong/pipa kawah gunungapi di
Afrika Selatan dan
Rusia terisi oleh
intan. Demikian juga
opal, zircon, turmalin, topaz, aquamarin, moonstone, dan beryl. Kegiatan gunungapi
juga menghasilkan energi
panasbumi, mata air
panas mengandung belerang digunakan
untuk mengobati penyakit,
pasir gunungapi digunakan sebagai
bahan bangunan, batu
apung untuk industri,
obsidian digunakan sebagai mata
anak panah oleh
manusia prasejarah. Kawasan gunungapi kuarter
hasil pelapukan material
gunungapi akan menghasilkan tanah yang subur yang kaya akan
unsur hara yang diperlukan untuk pertanian,
2.2
GEMPA BUMI
2.2.1
Pengertian Gempa Bumi
Gempa adalah pergeseran tiba-tiba dari lapisan tanah di
bawah permukaan bumi. Ketika pergeseran ini terjadi, timbul getaran yang
disebut gelombang seismik.gempa ke segala arah di dalam bumi. Ketika
gelombang ini mencapai permukaan bumi, getarannya bisa merusak atau tidak
tergantung pada kekuatan sumber dan jarak fokus, disamping itu juga mutu
bangunan dan mutu tanah dimana bangungan berdiri. Gempa bumi biasa disebabkan
oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi). Kata gempa bumi
juga digunakan untuk menunjukkan daerah asal terjadinya kejadian gempa bumi
tersebut. Bumi kita walaupun padat, selalu bergerak, dan gempa bumi terjadi
apabila tekanan yang terjadi karena pergerakan itu sudah terlalu besar untuk
dapat ditahan.
Gempa bumi adalah berguncangnya bumi yang disebabkan oleh
tumbukan antar lempeng bumi, patahan aktif aktivitas gunung api atau runtuhan
batuan. Kekuatan gempa bumi akibat aktivitas gunung api dan runtuhan batuan
relatif kecil sehingga kita akan memusatkan pembahasan pada gempa bumi akibat
tumbukan antar lempeng bumi dan patahan aktif.
Gempa dapat terjadi kapan saja, tanpa mengenal musim.
Meskipun demikian, konsentrasi gempa cenderung terjadi di tempat-tempat
tertentu saja, seperti pada batas Plat Pasifik. Tempat ini dikenal dengan Lingkaran Api karena banyaknya
gunung berapi.
2.2.2
Jenis -
jenis Gempa Bumi (sebab, dalam, gelombang)
a. Berdasarkan Penyebabnya
1) Gempa Bumi tektonik
Gempa
bumi tektonik adalah jenis gempa
Bumi
yang disebabkan oleh pergeseran lempeng plat tektonik. Gempa ini terjadi karena
besarnya tenaga yang dihasilkan akibat adanya tekanan antar lempeng batuan
dalam perut Bumi.
Gempa Bumi ini adalah jenis gempa yang paling sering dirasakan, terutama
di Indonesia.
Penyebab
gempa ini, karena Lempengan-lempengan tektonik yang selalu bergerak dan saling mendesak satu sama
lain. Pergerakan lempengan-lempengan tektonik ini menyebabkan terjadinya
penimbunan energi secara perlahan-lahan. Gempa tektonik kemudian terjadi karena
adanya pelepasan energi yang telah lama tertimbun tersebut. Gempa tektonik
biasanya jauh lebih kuat getarannya dibandingkan dengan gempa vulkanik,
maka getaran gempa yang merusak bangunan kebanyakan disebabkan oleh gempa
tektonik. [2].
Tenaga yang dihasilkan oleh tekanan antara batuan dikenal sebagai kecacatan
tektonik. Teori dari tectonic plate (lempeng tektonik) menjelaskan bahwa
bumi terdiri dari beberapa lapisan batuan, sebagian besar area dari lapisan
kerak itu akan hanyut dan mengapung di lapisan seperti salju.
Lapisan tersebut begerak perlahan sehingga berpecah-pecah dan bertabrakan satu
sama lainnya. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya gempa tektonik. Peta
penyebarannya mengikuti pola dan aturan yang khusus dan menyempit, yakni
mengikuti pola-pola pertemuan lempeng-lempeng tektonik yang menyusun kerak
bumi.
Dalam ilmu kebumian (geologi),
kerangka teoretis tektonik lempeng merupakan postulat untuk menjelaskan
fenomena gempa Bumi tektonik yang melanda hampir seluruh kawasan, yang
berdekatan dengan batas pertemuan lempeng tektonik. Contoh gempa tektonik ialah
seperti yang terjadi di Yogyakarta,
Indonesia
pada Sabtu,
27
Mei
2006
dini hari, pukul 05.54 WIB.
2) Gempa bumi tumbukan
Gempa Bumi ini diakibatkan oleh
tumbukan meteor atau asteroid yang jatuh ke Bumi, jenis gempa Bumi ini jarang
terjadi.
3) Gempa
bumi runtuhan
Gempa
Bumi ini biasanya terjadi pada daerah kapur ataupun pada daerah pertambangan,
gempa bumi ini jarang terjadi dan bersifat lokal.
4) Gempa
bumi buatan
Gempa
bumi buatan adalah gempa bumi yang disebabkan oleh aktivitas dari manusia,
seperti peledakan dinamit, nuklir atau palu yang dipukulkan ke permukaan bumi.
5) Gempa
bumi vulkanik (gunung api)
Gempa
bumi gunung berapi terjadi berdekatan dengan gunung berapi dan mempunyai bentuk
keretakan memanjang yang sama dengan gempa bumi tektonik. Gempa bumi gunung
berapi disebabkan oleh pergerakan magma ke atas dalam gunung berapi, di mana
geseran pada batu-batuan menghasilkan gempa bumi. Ketika magma bergerak ke
permukaan gunung berapi, ia bergerak dan memecahkan batu-batuan serta
mengakibatkan getaran berkepanjangan yang dapat bertahan dari beberapa jam
hingga beberapa hari. Gempa bumi gunung berapi terjadi di kawasan yang
berdekatan dengan gunung berapi, seperti Pegunungan Cascade di barat Laut
Pasifik, Jepang, Dataran Tinggi Islandia, and titik merah gunung berapi seperti
Hawaii.
b.
Berdasarkan Kedalaman
1) Gempa bumi
dalam
Gempa bumi dalam adalah gempa bumi
yang hiposentrumnya berada lebih dari 300 km di bawah permukaan bumi. Gempa
bumi dalam pada umumnya tidak terlalu berbahaya.
2) Gempa bumi
menengah
Gempa bumi menengah adalah gempa
bumi yang hiposentrumnya berada antara 60 km sampai 300 km di bawah permukaan
bumi.gempa bumi menengah pada umumnya menimbulkan kerusakan ringan dan
getarannya lebih terasa.
3) Gempa bumi
dangkal
Gempa bumi dangkal adalah gempa bumi
yang hiposentrumnya berada kurang dari 60 km dari permukaan bumi. Gempa bumi
ini biasanya menimbulkan kerusakan yang besar.
c.
Berdasarkan Gelombang/ Getaran gempa
1) Gelombang
Primer
Gelombang primer (gelombang
lungitudinal) adalah gelombang atau getaran yang merambat di tubuh bumi dengan
kecepatan antara 7-14 km/detik. Getaran ini berasal dari hiposentrum.
2) Gelombang
Sekunder
Gelombang sekunder (gelombang
transversal) adalah gelombang atau getaran yang merambat, seperti gelombang
primer dengan kecepatan yang sudah berkurang,yakni 4-7 km/detik. Gelombang
sekunder tidak dapat merambat melalui lapisan cair
2.2.3
Istilah
- istilah dalam Gempa Bumi
1) Magnitudo
Banyaknya energi
yang dilepas pada suatu gempa yang tergambar dalam besarnya gelombang seismik
di episenter. Besarnya gelombang ini tercermin dalam besarnya garis
bergelombang pada seismogram.
2) Episenter
Titik di
permukaan bumi tepat di atas fokus atau sumber gempa, dinyatakan dalam lintang
dan bujut, Hyposenter=parameter sumber gempa bumi yang dinyatakan dalam waktu
terjadinya gempa, lintang, bujur dan kedalaman sumber)
3) Fokus
Sumber gempa di
dalam bumi, tempat batuan pertama patah.
4) Gelombang seismik
Getaran gempa
yang menjalar di dalam dan dipermukaan bumi dengan cara longitudinal
dan transfersal.
5) Intensitas
Besarnya
goncangan dan jenis kerusakan ditempat pengamatan akibat gempa. Intensitas
tergantung dari jarak tempat tersebut dari
hyposenter.
6) Kerak bumi
Lapisan atas
bumi yang terdiri dari batuan padat. Baik tanah di daratan maupun di dasar laut
termasuk kerak bumi.
7) Litosfir
Llapisan paling
atas bumi yang hampir seluruhnya terdiri dari batuan padat. Lapisan ini
termasuk kerak bumi dan (sebagian) mantel atas
8) Mantel
Lapisan di bawah kerak bumi yang tediri dari mantel atas
dan mantel bawah.
9) Lempeng Tektonik
Bagian dari
litosfir bumi yang padat atau rigid. Lempeng-lempeng tektonik ini senantiasa
bergerak dengan lambat, terapung diatas mantel.
10) Seismograf
peralatan yang menggambarkan gelombang gempa yang datang
di stasiun pengamat.
11) Seismogram
catatan tertulis dari getaran bumi yang dihasilkan oleh
seismograf.
12) Seismologist
Ilmuwan yang mempelajari
gempa
13) Skala Mercalli
Suatu ukuran
subyektif kekuatan gempa dikaitkan dengan intensitas-nya
14) Skala Richter
Suatu ukuran
obyektif kekuatan gempa dikaitan dengan magnitudo-nya
15) Sesar
Patahan atau
pemisahan batuan, umumnya di antara dua atau lebih plat
2.2.4
Proses Terjadinya Gempa
Menurut
teori Lempeng Tektonik, lapisan terluar bumi kita terbuat dari suatu lempengan
tipis dan keras yang masing-masing saling bergerak relatif terhadap yang lain.
Gerakan ini terjadi secara terus-menerus sejak bumi ini tercipta hingga
sekarang. Teori Lempeng Tektonik muncul sejak tahun 1960-an, dan hingga kini
teori ini telah berhasil menjelaskan berbagai peristiwa geologis, seperti gempa
bumi, tsunami, dan meletusnya gunung berapi, juga tentang bagaimana
terbentuknya gunung, benua, dan samudra.
Lempeng
tektonik terbentuk oleh kerak benua (continental crust) ataupun kerak
samudra (oceanic crust), dan lapisan batuan teratas dari mantel bumi (earth’s
mantle). Kerak benua dan kerak samudra, beserta lapisan teratas mantel ini
dinamakan litosfer. Kepadatan material pada kerak samudra lebih tinggi
dibanding kepadatan pada kerak benua. Demikian pula, elemen-elemen zat pada
kerak samudra (mafik) lebih berat dibanding elemen-elemen pada kerak
benua (felsik).
Di
bawah litosfer terdapat lapisan batuan cair yang dinamakan astenosfer. Karena
suhu dan tekanan di lapisan astenosfer ini sangat tinggi, batu-batuan di
lapisan ini bergerak mengalir seperti cairan (fluid).
Litosfer
terpecah ke dalam beberapa lempeng tektonik yang saling bersinggungan satu
dengan lainnya. Berikut adalah nama-nama lempeng tektonik yang ada di bumi, dan
lokasinya bisa dilihat pada Peta Tektonik.
Pergerakan
Lempeng (Plate Movement) Berdasarkan arah pergerakannya, perbatasan
antara lempeng tektonik yang satu dengan lainnya (plate boundaries)
terbagi dalam 3 jenis, yaitu divergen, konvergen, dan transform. Selain itu ada
jenis lain yang cukup kompleks namun jarang, yaitu pertemuan simpang tiga (triple
junction) dimana tiga lempeng kerak bertemu.
1). Batas
Divergen
Terjadi pada dua lempeng tektonik
yang bergerak saling memberai (break apart). Ketika sebuah lempeng
tektonik pecah, lapisan litosfer menipis dan terbelah, membentuk batas divergen
2). Batas Konvergen
Terjadi apabila dua lempeng
tektonik tertelan (consumed) ke arah kerak bumi, yang mengakibatkan
keduanya bergerak saling menumpu satu sama lain (one slip beneath another).
Batas konvergen ada 3 macam, yaitu :
1) antara
lempeng benua dengan lempeng samudra,
Ketika suatu lempeng
samudra menunjam ke bawah lempeng benua, lempeng ini masuk ke lapisan
astenosfer yang suhunya lebih tinggi, kemudian meleleh. Pada lapisan litosfer
tepat di atasnya, terbentuklah deretan gunung berapi (volcanic mountain
range). Sementara di dasar laut tepat di bagian terjadi penunjaman, terbentuklah
parit samudra (oceanic trench).
2) antara
dua lempeng samudra
Salah satu lempeng
samudera menunjam ke bawah lempeng samudra lainnya, menyebabkan terbentuknya
parit di dasar laut, dan deretan gunung berapi yang pararel terhadap parit
tersebut, juga di dasar laut. Puncak sebagian gunung berapi ini ada yang timbul
sampai ke permukaan, membentuk gugusan pulau vulkanik (volcanic island chain).
3) antara
dua lempeng benua.
Salah satu lempeng
benua menunjam ke bawah lempeng benua lainnya. Karena keduanya adalah lempeng
benua, materialnya tidak terlalu padat dan tidak cukup berat untuk tenggelam
masuk ke astenosfer dan meleleh. Wilayah di bagian yang bertumbukan mengeras
dan menebal, membentuk deretan pegunungan non vulkanik (mountain range).
3). Batas Transform
Terjadi bila dua
lempeng tektonik bergerak saling menggelangsar (slide each other), yaitu
bergerak sejajar namun berlawanan arah. Keduanya tidak saling memberai maupun
saling menumpu. Batas transform ini juga dikenal sebagai sesar ubahan-bentuk (transform
fault).
2.2.5
Mengukur
Kekuatan Gempa Bumi
Kekuatan gempa bumi dapat diukur dengan
menggunakan alat yang disebut seismograf. Dalam perkembangannya sampai sekarang
ada beberapa jenis skala yang digunakan oleh alat tersebut, yakni Skala
Mercalli, Skala Richter, dan Skala Kekuatan Momen.
1)
Skala Mercalli
Skala Mercalli adalah satuan untuk mengukur kekuatan gempa bumi.
Satuan ini diciptakan oleh seorang vulkanologis dari Italia yang bernama Giuseppe Mercalli
pada tahun 1902.
Skala Mercalli terbaagi menjadi 12 pecahan berdasarkan informasi dari
orang-orang yang selamat dari gempa tersebutdan juga dengan melihat dan
membandingkan tingkat kerusakan akibat gempa bumi tersebut. Oleh itu skala
Mercalli adalah sangat subjektif dan kurang tepat dibanding dengan perhitungan magnitudo gempa
yang lain. Oleh karena itu, saat ini penggunaan skala Richter
lebih luas digunakan untuk untuk mengukur kekuatan gempa bumi. Tetapi skala
Mercalli yang dimodifikasi, pada tahun 1931 oleh ahli seismologi
Harry
Wood dan Frank
Neumann masih sering digunakan
terutama apabila tidak terdapat peralatan seismometer
yang dapat mengukur kekuatan gempa bumi di tempat kejadian.
Skala Modifikasi Intensitas Mercalli
mengukur kekuatan gempa bumi melalui tahap kerusakan yang disebabkan oleh gempa
bumi itu. Satuan ukuran skala Modifikasi Intensitas Mercalli adalah seperti di
bawah :
Skala
Modifikasi Keamatan Mercalli
a)
Tidak terasa
b)
Terasa oleh
orang yang berada di bangunan tinggi
c)
Getaran
dirasakan seperti ada kereta yang berat melintas.
d)
Getaran dirasakan
seperti ada benda berat yang menabrak dinding rumah, benda tergantung
bergoyang.
e)
Dapat dirasakan
di luar rumah, hiasan dinding bergerak, benda kecil di atas rak mampu jatuh.
f)
Terasa oleh
hampir semua orang, dinding rumah rusak.
g)
Dinding pagar
yang tidak kuat pecah, orang tidak dapat berjalan/berdiri.
h)
Bangunan yang
tidak kuat akan mengalami kerusakan.
i)
Bangunan yang
tidak kuat akan mengalami kerusakan tekuk.
k)
Rel kereta api
rusak. Bendungan dan tanggul hancur. Seluruh bangunan hampir hancur dan terjadi
longsor besar. Efek bencana yang lain seperti tsunami, dan kebakaran.
l)
Seluruh bangunan
hancur lebur. Batu dan barang-barang terlempar ke udara. Tanah bergerak seperti
gelombang. Kadang- kadang aliran sungai berubah. Pasir dan lumpur bergeser
secara horizontal. Air dapat terlempar dari danau, sungai dan kanal. Diikuti
dengan suara gemuruh yang besar. Biasanya bisa menyebabkan longsor besar,
kebakaran, banjir, tsunami di daerah pantai, dan aktivitas gunung berapi. Pasir
dan tanah halus terlihat meledak.
2)
Skala Richter
Skala Richter atau SR didefinisikan sebagai
logaritma (basis 10) dari amplitudo maksimum, yang diukur dalam satuan
mikrometer, dari rekaman gempa oleh instrumen pengukur gempa (seismometer)
Wood-Anderson, pada jarak 100 km dari pusat gempanya. Sebagai contoh, misalnya
kita mempunyai rekaman gempa bumi (seismogram) dari seismometer yang terpasang
sejauh 100 km dari pusat gempanya, amplitudo maksimumnya sebesar 1 mm, maka
kekuatan gempa tersebut adalah log (10 pangkat 3 mikrometer) sama dengan 3,0
skala Richter. Skala ini diusulkan oleh fisikawan Charles Richter.
Untuk memudahkan orang dalam menentukan skala
Richter ini, tanpa melakukan perhitungan matematis yang rumit, dibuatlah tabel
sederhana seperti gambar di samping ini. Parameter yang harus diketahui adalah
amplitudo maksimum yang terekam oleh seismometer (dalam milimeter) dan beda
waktu tempuh antara gelombang-P dan gelombang-S (dalam detik) atau jarak antara
seismometer dengan pusat gempa (dalam kilometer). Dalam gambar di samping ini
dicontohkan sebuah seismogram mempunyai amplitudo maksimum sebesar 23 milimeter
dan selisih antara gelombang P dan gelombang S adalah 24 detik maka dengan
menarik garis dari titik 24 dt di sebelah kiri ke titik 23 mm di sebelah kanan
maka garis tersebut akan memotong skala 5,0. Jadi skala gempa tersebut sebesar
5,0 skala Richter.
Skala Richter pada mulanya hanya dibuat
untuk gempa-gempa yang terjadi di daerah Kalifornia Selatan saja. Namun dalam
perkembangannya skala ini banyak diadopsi untuk gempa-gempa yang terjadi di
tempat lainnya.
Skala Richter ini hanya cocok dipakai
untuk gempa-gempa dekat dengan magnitudo gempa di bawah 6,0. Di atas magnitudo
itu, perhitungan dengan teknik Richter ini menjadi tidak representatif lagi.
Perlu diingat bahwa perhitungan
magnitudo gempa tidak hanya memakai teknik Richter seperti ini. Kadang-kadang
terjadi kesalahpahaman dalam pemberitaan di media tentang magnitudo gempa ini
karena metode yang dipakai kadang tidak disebutkan dalam pemberitaan di media,
sehingga bisa jadi antara instansi yang satu dengan instansi yang lainnya
mengeluarkan besar magnitudo yang tidak sama.
3)
Skala Kekuatan Moment
Skala kekuatan moment diperkenalkan pada 1979 oleh Tom Hanks dan Hiroo Kanamori sebagai
pengganti skala Richter dan digunakan oleh seismologis untuk
membandingkan energi yang dilepas oleh sebuah gempa bumi.
Kekuatan moment
adalah sebuah angka tanpa dimensi
yang didenifinisikan sebagai berikut
Sebuah peningkatan satu tahap
dalam skala logaritmik ini
berarti sebuah peningkatan 101,5 = 31,6 kali dari jumlah energi yang
dilepas, dan sebuah peningkatan 2 tahap berarti sebuah peningkatan 103
= 1000 kali kekuatan awal.
2.2.6 Alat Pencatat Gempa (Seismograf)
1. Pengertian
Seismometer (bahasa Yunani: seismos: gempa
bumi dan metero: mengukur) adalah alat atau sensor getaran, yang
biasanya dipergunakan untuk mendeteksi gempa bumi atau getaran pada
permukaan tanah. Hasil rekaman dari alat ini disebut seismogram.
Prototip dari alat ini diperkenalkan
pertama kali pada tahun 132 SM oleh matematikawan dari Dinasti Han yang bernama Chang Heng. Dengan alat ini orang pada masa tersebut
bisa menentukan dari arah mana gempa bumi terjadi.
Dengan perkembangan teknologi dewasa ini
maka kemampuan seismometer dapat ditingkatkan, sehingga bisa merekam getaran
dalam jangkauan frekuensi yang cukup lebar. Alat
seperti ini disebut seismometer broadband.
Pada prinsipnya, seismograf terdiri dari
gantungan pemberat dan ujung lancip seperti pensil. Dengan begitu, dapat
diketahui kekuatan dan arah gempa lewat gambaran gerakan bumi yang dicatat
dalam bentuk seismogram.
2. Penggunaan
Seismograf ada yang horizontal dan
vertikal. Masing-masing mempunyai tugas masing-masing. Seismograf
horizontal bertugas untuk mengukur atau mencatat getaran bumi pada arah
horizontal. Sedangkan seismograf vertikal untuk mencatat getaran bumi pada
vertikal.
Seismograf modern menggunakan
elektromagnetik seismographer untuk memindahkan volatilitas sistem kawat tarik
ke suatu daerah magnetik.
Dengan begitu, dapat diketahui kekuatan dan
arah gempa lewat gambaran gerakan bumi yang dicatat dalam bentuk rekaman atau
disebut juga seismogram. Saat ini, seismograf banyak digunakan oleh
seismologist dalam mempelajari gempa bumi. Alat ini juga digunakan oleh BMKG (Badan
Metreologi Klimatologi dan Geofisika).
3. Jenis-jenis
Alatnya
Seismograf terdiri dari 2 jenis yaitu
manual dan digital. Fungsi dan kegunaan setiap jenis, mempunyai
sedikit perbedaan. Di bawah inilah penjelasan masing-masing seismograf.
a. Manual
(mekanikal)
Jenis gerakan mekanikal dapat mendeteksi
baik gerakan vertikal maupun gerakan horizontal tergantung dari pendular yang
digunakan apakah vertikal atau horizontal.
b. Digital
(elektromagnetik)
Seismograf modern menggunakan elektromagnetik
seismographer untukmemindahkan volatilitas sistem kawat tarik ke suatu
daerah magnetis. Peristiwa-peristiwa yang menimbulkan getaran kemudian
dideteksi melalui spejlgavanometer.
Selain itu, seismograf digital modern
menambahkan komponen keempat yaitu layar, "user-friendly", dan cepat
transfer data.
Menurut, Keluarga Macintosh dari komputer
menyediakan antarmuka pengguna yang konsisten dan maju dengan multi-tasking
"sistem" yang memungkinkan seismograf digital untuk tetap bekerja di
"latar belakang" sebagai tugas lainnya yang dilakukan. The software
needed to run the seismographic station is , and the companion program is ,
which allows anyone with a Macintosh to display and analyze the digital
seismograms. Perangkat lunak yang diperlukan untuk menjalankan stasiun
seismographic adalah SeismoGraf, dan program pendamping adalah SeismoView,
yang memungkinkan siapapun dengan Macintosh untuk menampilkan dan menganalisa
seismogram digital.
Proses Kerja (Sistem
Pengukuran)
Gempa bumi adalah getaran atau vibrasi
permukaan bumi. Perhatikan kata "permukaan". Permukaan berarti hanya
kerak bumi, suatu patahan di mana satu bongkah batu telah bergesekan dengan
batu lain dengan kekuatan dan gesekan yang sangat besar. Energi dari gesekan
ini diubah menjadi getaran di dalam batu-batuan. Dan getaran ini dapat terasa
sampai ribuan mil.
Sekarang getaran-getaran gempa
bumi ini adalah sejenis gerakan gelombang yang bergerak pada kecepatan yang
berbeda-beda melalui kerak bumi yang berbatu-batu. Karena getaran-getaran itu mencapai
jarak yang jauh dan merambat melalui batu-batuan, pada waktu getaran-getaran
ini sampai di kota anda, anda bahkan tidak dapat melihatnya. Tetapi seismograf
dapat mendeteksinya. Beginilah cara kerjanya.
Bayangkan sebuah balok atau
pelat beton. Sebuah grafik yang ditempelkan balok atau pelat itu menonjol
keluar. Grafik itu sejajar dengan tanah, seperti lembaran kertas. Di atasnya,
sebuah balok menonjol keluar dari tempat tergantungnya suatu beban. Pada dasar
beban itu terdapat sebuah pena, yang menyentuh grafik itu. Sekarang muncul
gelombang gempa bumi. Balok beton bergerak dan demikian juga grafik yang
menempel padanya. Tetapi beban yang digantung tidak bergerak. Jadi, pena itu
membuat tanda-tanda pada grafik itu pada waktu pena itu bergerak dan kita
memperoleh catatan tentang gempa bumi. Tentu saja alat ini dibuat dengan sangat
teliti sehingga gerakan yang pling kecil sekalipun dapat dicatat.
Jadi, sistem pengukuran yang
terjadi pada seismograf ada 3 tingkatan :
1) Tingkat 1
: tingkat pendeteksi
Fungsinya adalah untuk untuk mendeteksi
getaran di bawah tanah oleh alat yang tertancap di tanah.
2) Tingkat 2
: tingkat perantara getaran
Fungsinya adalah menyalurkan getaran dari
alat yang tertancap di tanah, biasanya berbentuk tali atau semacamnya yang
dapat menyalurkan getaran.
3) Tingkat 3
: tingkat penerima getaran
Fungsinya adalah menerima getaran dari
perantara ke massa yang jadi satu dengan pena, sehingga pena tersebut bergerak
sesuai getaran yang diterima.
Bagaimana mengukur gempa
bumi dan daya rambatnya? Untuk mengetahui kekuatan getaran gempa bumi digunakan
alat seismometer. Seismometer yang dirangkai dengan alat yang mencatat
parameter gempa disebut seismograf. Sedangkan hasil rekaman pada piasnya
disebut seismogram. Sebuah seismograf dapat mencatat gempa komponen vertical
dan masing- dan gempa komponen horizontal.
Ketika terjadi gempa, getaran gempa yang terekam adalah gelombang primer karena kecepatan rambatnya paling tinggi, lalu diikuti oleh rekaman gelombang sekunder yang memiliki kecepatan rambat lebih rendah dari gelombang primer. Gelombang permukaan datang paling akhir karena memiliki kecepatan rambat paling rendah. Seismograf mencatat semua getaran dan kecepatan rambat gempa bumi dalam bentuk seismogram dengan kata lain hasil rekaman dari getaran yang dicatat oleh seismograf dinamakan seismogram
Ketika terjadi gempa, getaran gempa yang terekam adalah gelombang primer karena kecepatan rambatnya paling tinggi, lalu diikuti oleh rekaman gelombang sekunder yang memiliki kecepatan rambat lebih rendah dari gelombang primer. Gelombang permukaan datang paling akhir karena memiliki kecepatan rambat paling rendah. Seismograf mencatat semua getaran dan kecepatan rambat gempa bumi dalam bentuk seismogram dengan kata lain hasil rekaman dari getaran yang dicatat oleh seismograf dinamakan seismogram
Alat ini sangat sensitif terhadap gelombang
seismik yang ditimbulkan karena gempa bumi, ledakan nuklir dan sumber gelombang
seismik lainnya. hasil rekaman dari alat tersebut dinamakan seismogram.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar