Fisika
merupakan ilmu yang mempelajari tingkah laku alam dalam berbagai bentuk gejala
untuk dapat memahami apa yang mengendalikan atau menentukan kelakukan tersebut.
Berdasarkan hal tersebut maka belajar fisika tidak lepas dari penguasaan
konsep-konsep dasar fisika melalui pemahaman.
Pada
dasarnya, fisika adalah ilmu dasar, seperti halnya kimia, biologi, astronomi,
dan geologi. Ilmu-ilmu dasar diperlukan dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan terapan
dan teknik. Tanpa landasan ilmu dasar yang kuat, ilmu-ilmu terapan tidak dapat
maju dengan pesat. Teori fisika tidak hanya cukup dibaca, sebab teori fisika
tidak sekedar hafalan saja akan tetapi harus dibaca dan dipahami serta
dipraktikkan, sehingga siswa mampu menjelaskan permasalahan yang ada.
Pembelajaran
Fisika adalah bagian dari pelajaran ilmu alam. Ilmu alam secara klasikal dibagi
menjadi dua bagian, yaitu (1) ilmu-ilmu fisik (physical sciences) yang
objeknya zat, energi, dan transformasi zat dan energi, (2) ilmu-ilmu biologi (biological
sciences) yang objeknya adalah makhluk hidup dan lingkungannya. (Kemble,
1966: 7)
Belajar
merupakan upaya memperoleh pengetahuan dan pemahaman melalui serangkaian
kegiatan yang melibatkan berbagai unsur yang ada. Siswa yang belajar sebenarnya
di dalam otak terdapat banyak konsep, terutama konsep awal tentang alam
yang ada di sekitarnya. Melalui proses pembelajaran yang sistematis, maka
konsep awal tersebut akan menghasilkan konsep yang benar dan tepat serta
terarah.
Dalam
belajar fisika, yang pertama dituntut adalah kemampuan untuk memahami konsep,
prinsip maupun hukum-hukum, kemudian diharapkan siswa mampu menyusun kembali
dalam bahasanya sendiri sesuai dengan tingkat kematangan dan perkembangan
intelektualnya. Belajar fisika yang dikembangkan adalah kemampuan berpikir
analitis, induktif dan deduktif dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan peristiwa alam sekitar, baik secara kualitatif maupun kuantitatif dengan
menggunakan matematika, serta dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan
sikap percaya diri. (Depdiknas, 2003: 1)
Selanjutnya
secara garis besar pembelajaran Fisika seperti yang diungkapkan oleh Abu
Hamid(sulistyono,1998:12), adalah sebagai berikut:
- Proses belajar Fisika bersifat untuk menentukan konsep, prinsip, teori, dan hukum-hukum alam, serta untuk dapat menimbulkan reaksi, atau jawaban yang dapat dipahami dan diterima secara objektif, jujur dan rasional.
- Pada hakikatnya mengajar Fisika merupakan suatu usaha untuk memilih strategi mendidik dan mengajar yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan, dan upaya untuk menyediakan kondisi-kondisi dan situasi belajar Fisika yang kondusif, agar murid secara fisik dan psikologis dapat melakukan proses eksplorasi untuk menemukan konsep, prinsip, teori, dan hukum-hukum alam serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
- Pada hakikatnya hasil belajar Fisika merupakan kesadaran murid untuk memperoleh konsep dan jaringan konsep Fisika melalui eksplorasi dan eksperimentasi, serta kesadaran murid untuk menerapkan pengetahuannya untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya sehari-hari.
Pembelajaran
merupakan proses pengembangan pengetahuan, keterampilan, atau sikap baru pada
saat individu berinteraksi dengan informasi dan lingkungan. Menurut Corey
(Yusufhadi Miarso, 1986 : 195) pembelajaran adalah suatu proses dimana
lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta
dalam tingkah-laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan
respon terhadap situasi tertentu
Pembelajaran
fisika dipandang sebagai suatu proses untuk mengembangkan kemampuan memahami
konsep, prinsip maupun hukum-hukum fisika sehingga dalam proses
pembelajarannya harus mempertimbangkan strategi atau metode pembelajaran yang
efektif dan efisien. Pembelajaran fisika di sekolah menengah pertama merupakan
salah satu mata pelajaran IPA yang dapat menjadi wahana bagi siswa untuk
mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Dalam pembelajaran fisika,
pengalaman proses sains dan pemahaman produk sains dalam bentuk pengalaman
langsung akan sangat berarti dalam membentuk konsep siswa. Hal ini juga sesuai
dengan tingkat perkembangan mental siswa SMP yang masih berada pada fase
transisi dari konkrit ke formal, akan sangat memudahkan siswa jika pembelajaran
Sains mengajak anak untuk belajar merumuskan konsep secara induktif berdasar
fakta-fakta empiris di lapangan.
Dalam
pembelajaran akan ada komunikasi antara guru dengan siswa. Seperti yang
dikemukakan Latuheru (1988: 1) bahwa segala sesuatu yang menyangkut
pembelajaran merupakan proses komunikasi. Komunikasi dalam pembelajaran
merupakan komunikasi timbal balik (interaksi edukatif) yang terjadi
tidak dengan sendirinya tetapi harus diciptakan oleh guru dan siswa.
Unsur-unsur
dalam proses komunikasi dapat di gambarkan dalam bagan sebagai berikut :
Unsur-unsur
dalam proses komunikasi meliputi : sumber pesan, pesan, transmisi/saluran, dan
penerima pesan. Proses komunikasi yaitu proses penyampaian pesan dari sumber
pesan, melalui saluran/media tertentu ke penerima pesan. Pesan, sumber pesan,
saluran/ media dan penerima pesan adalah komponen–komponen proses komunikasi.
Pesan yang akan dikomunikasikan adalah isi ajaran ataupun didikan yang ada
dalam kurikulum, sumber pesannya bisa guru, siswa, orang lain ataupun penulis
buku dan produser media, salurannya media pendidikan dan penerima pesannya
adalah siswa atau juga guru. (Sadiman dkk, 2003: 11)
Message (pesan) secara tradisional berupa tanda/ pola yang
digunakan untuk komunikasi antara pengirim dan penerima. Desain pesan lebih
banyak berhubungan dengan level mikro melalui unit-unit kecil seperti visual,
urutan penyajian, halaman dan layar. Karakteristik lain desain pesan ialah
bahwa disain haruslah bersifat spesifik baik dalam medianya maupun dalam tugas
belajarnya. Hal ini berarti bahwa prinsip-prinsip desain pesan akan tergantung
pada apakah medianya bersifat statis, dinamis, atau paduan keduanya (misalnya
foto, film, atau grafis komputer), apakah tugasnya melibatkan pembentukan
konsep atau sikap, keterampilan atau pengembangan strategi belajar, dan upaya
mengingat.
Ada
beberapa faktor yang menjadi penghambat atau penghalang proses komunikasi yang
disebut dengan barriers, atau noises. Hambatan tersebut antara
lain:
(1) hambatan psikologis seperti minat, sikap, pendapat, kepercayaan,
inteligensi, pengetahuan,
(2) hambatan fisik seperti misalnya kelelahan, sakit,
keterbatasan daya indera, dan cacat tubuh,
(3) hambatan kultural seperti
misalnya perbedaan adat-istiadat, norma-norma sosial, kepercayaan dan
nilai-nilai kepanutan;
(4) hambatan lingkungan yaitu hambatan yang ditimbulkan
oleh situasi dan kondisi keadaan sekitar (Sadiman dkk, 2003: 13). Selain hal
tersebut hambatan-hambatan komunikasi yang mengakibatkan gangguan proses
komunikasi yaitu gangguan berasal dari saluran (misal pesan yang disajikan
dalam bentuk saluran visual, tetapi disampaikan dengan ceramah), dan gangguan
dari penerima pesan (disebabkan oleh daya tangkap penerima yang rendah,
tiadanya motivasi, rasa lelah dan mengantuk) (Nana Sudjana dan Ahmad
Rivai, 2003: 33).
Karena
adanya berbagai jenis hambatan tersebut baik dalam diri guru maupun siswa, baik
sewaktu meng-encode pesan maupun men-decode-nya, proses komunikasi
belajar mengajar seringkali berlangsung secara tidak efisien dan efektif. Media
pembelajaran sebagai salah satu sumber belajar yang dapat menyalurkan pesan
dapat membantu mengatasi hal tersebut. Perbedaan gaya belajar, minat,
intelegensi, keterbatasan daya indera, cacat tubuh atau hambatan jarak
geografis, jarak waktu, dan lain-lain dapat dibantu dengan pemanfaatan
media pembelajaran (Sadiman dkk, 2003: 13).
Latuheru
(1988: 2), mengemukakan bahwa dalam komunikasi interaksi edukatif terasa bahwa
media pembelajaran sangat penting apabila dalam usaha meningkatkan mutu
pendidikan secara kualitas dan kuantitas. Dari beberapa pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran sebagai proses komunikasi memerlukan media
pembelajaran untuk menyampaikan pesan dan untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Penggunaan
media pembelajaran baik berupa modul tercetak, modul interaktif, ataupun e-learning
dimaksudkan untuk membantu terjadinya proses belajar mengajar yang lebih
efektif dan efisien. Salah satu media tersebut adalah program komputer dalam
bentuk software pembelajaran berbantuan komputer untuk fisika. Program
tersebut dibuat bukan untuk mengganti peran guru fisika atau mengganti kegiatan
eksperimen fisika tetapi sebagai alat bantu guru dalam mengajar. Program
tersebut dapat membantu memperjelas pemahaman siswa mengenai gejala alam dan
peristiwa-peristiwa fisika yang masih abstrak sehingga tidak terjadi
miskonsepsi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar