Pages

Senin, 14 Oktober 2013

Teknik - Teknik Analisis Korelasional Bivariat


Kata korelasi berasal dari bahasa Inggris correlation yang artinya hubungan, saling hubungan, hubungan timbal balik. Dalam ilmu statistic korelasi adalah hubungan antara dua variabel atau lebih, hubungan antara dua variabel dikenal dengan istilah Bivariate correlation sedangkan hubungan antar lebih dari dua variable disebut Multivariate correlation.
      Analisis korelasi merupakan salah satu teknik statistik yang sering digunakan untuk mencari hubungan antara dua variabel. Korelasi diartikan sebagai hubungan. Analisis korelasi bertujuan untuk mengetahui pola dan keeratan hubungan antara dua atau labih variabel. Dua variabel yang hendak diselidiki korelasinya biasanya dilambangkan dengan X dan Y. Perlu diingat bahwa uji korelasi tidak membedakan adanya variabel dependen dan variabel independen. Arah korelasi menunjukkan pola gerakan variabel Y terhadap gerakan variabel X. Terdapat dua arah korelasi, yaitu positive correlation, negative correlation, dan nihil correlation.
Direct Correlation (Positive Correlation). Jika kenaikan nilai X diikuti oleh kenaikan nilai Y dan sebaliknya terjadi penurunan nilai X juga diikuti oleh penurunan nilai Y, atau dengan kata lain perubahan pada satu variabel diikuti oleh perubahan variabel yang secara teratur dengan arah gerakan yang sama, hubungan ini disebut sebagai positive correlation. Misalnya, dengan bertambahnya umur pohon ternyata hasil sadapan karet juga meningkat, maka hal ini berarti bahwa antara umur dengan volume getah mempunyai korelasi yang positif. Contoh lain adalah kualitas barang dengan harga yang ditawarkan. Semakin mahal harga suatu barang, maka semakin berkualitas barang tersebut.
Inverse Correlation (Negative Correlation). Jika kenaikan nilai X justru diiringi dengan penurunan nilai Y dan sebaliknya penurunan nilai X dibarengi dengan kenaikan nilai Y, atau dengan kata lain perubahan pada satu variabel diikuti oleh perubahan variabel yang lain secara teratur dengan arah gerakan yang berlawanan, hubungan seperti ini yang disebut sebagai negative correlation. Misalnya hubungan antara harga dengan jumlah penjualan. Biasanya kalau harga naik, omset penjualan akan berkurang.
Selain arah korelasi, permasalahan yang juga penting adalah seberapa besar tingkat keeratan hubungan antara dua variabel. Misalnya ada yang mengatakan hubungan antara merokok dengan narkoba sangat erat. Maka akan muncul pertanyaan seberapa erat hubungan tersebut?. Untuk menentukan keeratan hubungan tentu akan lebih mudah kalau kita membacanya dalam angka bukan kualitatif.  Penyelidikan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel diawali dengan usaha untuk menemukan bentuk terdekat dari hubungan tersebut dengan cara menyajikan dalam bentuk diagram pencar (scatter plot).
Diagram ini menggambarkan titik-titik pada bidang X dan Y, di mana setiap titik ditentukan oleh pasangan nilai X dan Y. Apabila dari diagram pencar tersebut dapat ditarik garis yang sesuai dengan pola diagram pencar tersebut, berarti variabel-variabel itu memiliki hubungan yang linier. Sebaliknya jika pada diagram pencar tersebut tidak dapat ditarik garis yang mengandung pola tertentu, hubungan yang terjadi adalah non linier.
Ukuran yang menentukan terpencarnya titik-titik pada diagram pencar sekitar garis lurus yang paling sesuai dengan letak titik-titik itu dan jika antara variabel-variabel itu mempunyai hubungan linier, dinamakan koefisien korelasi. Dengan kata lain, koefisien korelasi merupakan ukuran besar kecilnya atau kuat tidaknya hubungan antara variabel-variabel apabila bentuk hubungan tersebut linier. Koefisien korelasi sering dilambangkan dengan huruf (r). Koefisien korelasi dinyatakan dengan bilangan, bergerak antara 0 sampai +1 atau 0 sampai -1. Nilai korelasi mendekati +1 atau -1 berarti terdapat hubungan yang kuat, sebaliknya korelasi yang mendekati nilai 0 berarti terdapat hubungan yang lemah. Apabila korelasi sama dengan 0, berarti antara kedua variabel tidak terdapat hubungan sama sekali. Apabila korelasi +1 atau -1, berarti terdapat hubungan yang sempurna antara kedua variabel.
Notasi positif (+) atau negative (-) menunjukkan arah hubungan antara kedua variabel. Notasi positif (+) berarti hubungan antara kedua variabel searah (positive correlation), jika variabel satu naik maka variabel yang lain juga naik. Notasi negative (-) berarti kedua variabel berhubungan terbalik (negative correlation), artinya kenaikan satu variabel akan diikuti dengan penurunan variabel lainnya. Arah dan nilai koefisien dapat dirangkum sebagai berikut:
1.      Jika nilai r  0, artinya telah terjadi hubungan yang linier positif (positive correlation), yaitu makin besar nilai variabel X makin besar pula nilai variabel Y, atau makin kecil nilai variabel X makin kecil pula nilai variabel Y yang akan diprediksi.
2.      Jika, nilai r  0, artinya telah terjadi hubungan yang linier negatif (negative correlation), yaitu makin besar nilai variabel X makin kecil nilai variabel Y, atau makin kecil nilai variabel X maka makin besar pula nilai variabel Y.
3.      Jika, nilai r = 0, artinya tidak ada hubungan sama sekali antara variabel X dan variabel Y.
4.      Jika nilai r = 1 atau r = -1, maka dapat dikatakan telah terjadi hubungan linier sempurna, berupa garis lurus, sedangkan untuk r yang makin mengarah ke angka 0 (nol) maka garis makin tidak lurus.

Hal yang harus dijelaskan disini adalah bahwa analisis korelasi hanya mengukur ko-variasi. Pengukuran ini bersifat numeric dan menunjukkan suatu korelasi yang terdapat antara dua atau lebih variabel. Pengukuran ini tidak menunjukkan adanya hubungan sebab-akibat, ini adalah suatu hal yang harus digarisbawahi. Dua variabel yang sudah terbukti mempunyai hubungan atau korelasi tidak berarti mempunyai hubungan sebab-akibat, tetapi hubungan sebab-akibat pasti menunjukkan bahwa kedua variabel mempunyai hubungan. Terdapat tiga jenis pembagian korelasi, yaitu pertama: korelasi positif dan korelasi negatif yang telah diuraikan di atas Kedua korelasi sederhana, parsial, dan ganda. Ketiga, korelasi linier dan linier.
Korelasi sederhana terjadi apabila variabel yang kita pelajari hanya dua buah, sedangkan untuk korelasi parsial dan ganda lebih dari dua variabel terlibat dan kita mempelajarinya secara bersamaan. Korelasi ganda berisi pengukuran hubungan antara satu variabel dependen (bebas) dan dua atau lebih variabel independen (terikat). Sedangkan dalam korelasi parsial, kita mengukur hubungan antara satu variabel dependen (bebas) dan satu variabel independen (terikat) dengan mengasumsikan bahwa variabel yang lainnya dalam keadaan konstan.
Korelasi dikatakan linier apabila perbandingan besar perubahanyang terjadi pada satu variabel sama dengan besar perubahanyang terjadi pada variabel yang lain. Sedangkan korelasi non-linier terjadi apabila perbandingan besar perubahan yang terjadi pada satu variabel tidak sama dengan besar perubahanyang terjadi pada variabel yang lain. Hubungan linier dan non-linier dapat kita lihat ketika kita memetakan hubungan yang ada dalm grafik, terlihat korelasi linier membentuk garis lurus, sedangkan korelasi non-linier membentuk kurva.
Uji hubungan melalui teknik statistik korelasi dapat dilakukan terhadap bermacam data, baik data yang berskala interval, ordinal maupun nominal. Korelasi yang dipergunakan untuk uji hubungan antarsesama data interval adalah korelasi produk moment dari Pearson (Pearson product moment correlation). Jika yang dikorelasikan adalah antara data yang berskala ordinal, teknik korelasi yang digunakan adalah korelasi tata jenjang (rank-order correlation). Sebaliknya jika yang dikorelasikan adalah antara data berskala interval dengan yang berskala nominal, teknik korelasi yang digunakan adalah korelasi point-biserial (point-biserial correlation). Adapun tujuan teknik analisis korelasional adalah sebagai berikut:
1.      Ingin mencari bukti apakah benar terdapat korelasi antara variabel yang satu dengan variabel yang lainnya berdasarkan data yang ada atau diperoleh.
2.      Ingin menjawab pertanyaan apakah korelasi antar variabel tersebut termasuk korelasi yang kuat, cukupan atau lemah (kalau memang ada korelasinya).
3.      Ingin memperoleh kejelasan dan kepastian apakah korelasi antar variabel tersebut merupakan korelasi yang signifikan atau tidak.
4.      Untuk mengadakan interpretasi mengenai besarnya koefisien korelasi dengan ketentuan : antara 0,8 s/d 1.0 (sangat tinggi), 0,6 s/d 0,8 (tinggi), 0,4 s/d 0,6 (cukup), 0,2 s/d 0,4 (rendah), dan 0,0 s/d 0,2 (rendah sekali).

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Borg dan Gall bukunya Educational Research, terdapat 10 macam teknik perhitungan korelasi, diantaranya teknik korelasi product moment, rank order, kontingensi, point biserial, phi, dan regresi.

TEKNIK KORELASI PRODUCT MOMENT

Teknik korelasi product moment merupakan salah satu teknik untuk mencari tingkat keeratan hubungan antara dua variable dengan cara memperkalikan momen-momen (hal-hal terpenting) kedua variable tersebut.  Korelasi prouct moment seringkali disebut korelasi Pearson (sesuai nama orang yang mengembangkan teknik ini).  Teknik ini dapat diterapkan jika beberapa persyaratan berikut ini terpenuhi, yaitu:
1.      Data variable yang dikorelasikan berjenis data kontinu atau berupa interval.
2.      Sampel yang ditelitinya memenuhi syarat homogenitas.
3.      Bentuk hubungannya merupakan regresi yang linear.
Berdasarkan persyaratan diatas, untuk menghitung korelasi linear antara dua variabel ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:
1.      Merumuskan hipotesis
2.      Menentukan persamaan regresi kedua variable
3.      Menguji linearitas regresinya
4.      Jika regresinya linear, dilanjutkan dengan menghitung nilai koefisien korelasi ( r ) product moment
5.      Menguji hipotesis berdasarkan nilai koefisien korelasi ( r ) untuk sampel, sedangkan untuk populasi adalah ρ (rho).
Syarat lain untuk populasi adalah:
5.1.  Jika ρ = 0 artinya tidak berkorelasi linear
5.2.   Jika ρ = 0 dilanjutkan menghitung interval
6.      Jika pada langkah (3) diketahuo regresinya tidak linear, pengujian korelasi dilakukan dengan statistic nonparametric.
Langkah-langkah diatas menjadi baku dalam menganalisis korelasi linear antarvariabel, hanya rumus r-nya saja yang disesuaikan dengan kondisi data yang ada.
Teknis analisis korelasi Pearson atau Product Moment sangat familiar digunakan oleh berbagai kalangan, karena mudah dipahami dan langsung menggunakan data yang ada tanpa perlu adanya modifikasi. Korelasi product moment melukiskan hubungan antara dua gejala interval, seperti tinggi badan dan berat badan, jauh loncatan dan tinggi loncatan, prestasi matematika dan prestasi statistik dan sebagainya. Dengan demikian teknik ini bisa diterapkan dalam suatu penelitian apabila data yang digali atau diselidiki itu merupakan data kontinum yakni kedua data tersebut merupakan gejala interval atau data interval. Analisis korelasi Pearson digunakan untuk jenis statistik parametrik.
Koefisien korelasi pearson dirumuskan sebagai berikut:
Contoh : Tabel 5.1. Berikut data umur domba produktif, dengan produksi susu yang diteliti. Hasil penelitian sebagai berikut.


Umur (bulan)
Susu (mili Liter)
Umur (bulan)
Susu (mili Liter)
11
10
18
19
12
13
1410
1320
1700
1720
1500
1550
20
15
16
17
14
1890
1550
1600
1620
1580

Kita akan menghitung koefisien korelasi Pearson dengan perhitungan manual dengan rumus sebagai berikut.
No
Y
X2
Y2
X  Y
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
11
10
18
19
12
13
20
15
16
17
14
1.410
1.320
1.700
1.720
1.500
1.550
1.890
1.550
1.600
1.620
1.580
121
100
324
361
144
169
400
225
256
289
196
1.988.100
1.742.400
2.890.000
2.958.400
2.250.000
2.402.500
3.572.100
2.402.500
2.560.000
2.624.400
2.496.400
15.510
13.200
30.600
32.680
18.000
20.150
37.800
23.250
25.600
27.540
22.120

JML
165
17.440
2.585
27.886.800
266.450
Jadi ada korelasi positif sebesar 0,951 antara umur domba dengan jumlah susu yang dihasilkan. Hal ini berarti semakin tinggi umur domba, maka akan semakin besar pula jumlah susu yang dihasilkan. Apakah koefisien korelasi hasil perhitungan tersebut signifikan (dapat digeneralisasikan) atau tidak, maka perlu dibandingkan dengan r tabel, dengan taraf kesalahan tertentu. Bila taraf kesalahan ditetapkan 5 %, (taraf kepercayaan 95 %) dan N = 11, maka harga r tabel = 0,602. Ternyata harga r hitung lebih besar dari harga r tabel, sehingga hipotesis mula-mula ditolak dan hipotesis alternatif diterima.
Jadi kesimpulannya ada hubungan positif dan signifikan antara umur domba dengan jumlah susu yang dihasilkan sebesar 0,951. Data dan koefisien yang diperoleh dalam sampel tersebut dapat digeneralisasikan pada populasi di mana sampel diambil atau data tersebut mencerminkan keadaan populasi. Dalam analisis korelasi terdapat suatu angka yang disebut dengan koefisien determinasi, yang besarnya adalah kuadrat dari koefisien korelasi (r2).
Koefisien ini disebut koefisien penentu, karena varian yang terjadi pada variabel dependen dapat dijelaskan melalui varian yang terjadi pada variabel independen. Untuk contoh di atas ditemukan nilai r = 0,951, dan nilai koefisien determinasinya = r2 = 0,9512 = 0,904. Hal ini berarti varian yang terjadi pada variabel jumlah susu yang dihasilkan 90,4 % dapat dijelaskan melalui varian yang terjadi pada variabel umur domba, dan 9,6 % disebabkan oleh faktor lain.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Sms Gratis

Game Hamster

ShoutMix