Pada awal tahun
1980 dan berlanjut sampai abad 21, industri di Amerika menekankan tentang perbaikan kualitas. Hal tersebut
diilhami oleh kemajuan industri Jepang yang sangat pesat pada pertengahan abad
20. Keberhasilan industri di Jepang didasarkan pada penggunanan metode statistik dan pola piker statistik pada
personil manajemen perusahaan.
Penggunaan metode statistik bukanlah hal yang baru
dalam industri, khususnya dalam kaitannya dengan pengumpulan informasi/data
atau data saintifik.
pembuatan beton tersebut sehingga diperoleh kualitas
yang lebih baik. Statistik inferensial telah menghasilkan banyak metode
analitis yang digunakan untuk menganalisis data. Dengan perkataan lain
statistik inferensial tidak hanya mengumpulan data, tetapi juga mengambil
kesimpulan dari suatu sistem saintifik. Informasi dikumpulkan dari suatu sampel atau kumpulan dari suatu pengamatan (observasi). Sedangkan sampel diambil dari populasi yang merupakan kumpulan
(himpunan) yang mewakili semua pengukuran.
A.
STATISTIK INFERENSIAL
Statistik inferensial adalah bidang ilmu statistik yang
lanjutan dari statistik deskriptif yang hasilnya akan digeneralisasikan atau
adanya kesimpulan atas penelitian.
Statistika
Inferensial merupakan statistik yang
digunakan untuk menganalisis data sampel, dan hasilnya
akan digeneralisasikan (diinferensikan)
untuk populasi dimana sampel diambil.
Terdapat dua macam Statistik Inferensial
yaitu Satitistik Parametris dan Nonparametris. Statistik Parametris
terutama digunakan untuk menganalisis data
interval atau rasio, yang diambil dari populasi yang
berdistribusi normal. Sedangkan Statistik Nonparametris terutama
digunakan untuk menganalisis data nominal, dan
ordinal dari populasi yang bebas
terdistribusi, jadi tidak harus normal. Dalam hal ini teknik korelasi dan
regresi dapat berperan sebagai Statistik Inferensial.
B.
HIPOTESIS
1. Pengertian Hipotesis
Menurut Sumadi Suryabrata dalam bukunya
“Metodologi Penelitian”, definisi hipotesis adalah jawaban sementara terhadap
masalah penelitian, yang kebenarannya masih harus di uji secara empiris. Dalam
penelitian yang disajikan, hipotesis merupakan rangkuman dari
kesimpulan-kesimpulan teoritis yang diperoleh dari penelaahan kepustakaan.
Hipotesis merupakan jawaban terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap
paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya.
Secara teknis, hipotesis dapat didefinisikan sebagai pernyataan mengenai keadaan populasi yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sample penelitian.
Secara statistik, hipotesis merupakan
pernyataan mengenai keadaan parameter yang akan diuji melalui statistik
sampel.
Secara implisit, hipotesis itu juga
menyatakan prediksi. Misalnya, hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan
yang positif dan sistematis antara nilai ujian masuk dan prestasi belajar
mengandung prediksi bahwa mahasiswa-mahasiswa yang mempinyai nilai ujian masuk
tinggi juga akan mempunyai indeks prestasi belajar tinggi; hipotesis yang
menyatakan bahwa metode diskusi lebih baik daripada metode ceramah secara
implicit mengandung prediksi bahwa kelas-kelas yang diajar terutama dengan
metode diskusi akan lebih baik hasil belajarnya dari pada kelas-kelas yang
diajar terutama dengan metode ceramah; dan sebagainya.
Pengertian hipotesis menurut Arikunto
(1995: 71), hipotesis adalah alternatif dugaan jawaban yang dibuat oleh
peneliti bagi problematika yang diajukan dalam penelitiannya. Dugaan jawaban
tersebut merupakan kebenaran yang sifatnya sementara, yang akan diuji
kebenarannya dengan data yang dikumpulkan melalui penelitian.Tujuan peneliti
mengajukan hipotesis adalah agar dalam penelitiannya,perhatian peneliti
tersebut terfokus hanya pada informasi atau data yang diperlukan bagi pengujian
hipotesis. Hipotesis merupakan kunci keberhasilan suatu eksperimen. Hipotesis
merupakan salah satu bentuk konkrit dari perumusan masalah. Dengan adanya
hipotesis, pelaksanaan penelitian diarahkan untuk membenarkan atau menolak
hipotesis.
Pada umumnya hipotesis dirumuskan dalam
bentuk pernyataan yang menguraikan hubungan sebab-akibat antara variabel bebas
dan tak bebas gejala yang diteliti. Hipotesis mempunyai peranan memberikan arah
dan tujuan pelaksanaan penelitian, dan memandu ke arah penyelesaiannya secara
lebih efisien. Hipotesis yang baik akan menghindarkan penelitian tanpa tujuan,
dan pengumpulan data yang tidak relevan. Tidak semua penelitian memerlukan
hipotesis. Hipotesis menghubungkan dua faktor. Sebagai contoh, pada
penelitian jamur di atas, dua faktor yang berhubungan adalah adalah lampu dan
pertumbuhan jamur. Hipotesis yang mungkin muncul untuk menjawab pertanyaan di
atas adalah : saya percaya bahwa jamur tidak memerlukan cahaya untuk berkembang
biak.
Menurut Suparmoko, hipotesis adalah
pernyataan tentatip yang berhubungan dengan permasalahan sehingga berguna dalam
mencari atau medaptkan alat pemecahan.
Contoh: “jika provinsi DIY dapat
meningkatkan produksi daging sapi dengan 15% dan mengurangi biaya produksi
dengan 10%, maka kebutuhan daging DIY akan terpenuhi.”
Jadi,
hipotesis menunjukkan arah bagi pengumpulan data dimana ia berfungsi
sebagai penghubung yang penting antara permasalahan dan pengumpulan data serta
tahap-tahap analisis dari suatu penelitian.
Dalam buku Supranto yang dikutip dari
Webster’s New World dictionary, “hypothesis is an unproved theory, proposition,
supposition, etc. tentatively accepted to explain certain facts or to provide a
basis for investigation, arguments, etc.” hipotesis ialah suatu proposisi,
kondisi atau prinsip yang untuk sementara waktu dianggap benar dan barangkali
tanpa keyakinan, agar bisa ditarik suatu konsekuensi yang logis dan dengan cara
ini kemudian diadakan pengujian tentang kebenarannya dengan menggunakan data
empiris hasil penelitian.
2. Kegunaan hipotesis
Menurut
Moh. Nazir (1988:183), kegunaan hipotesa adalah sebagai berikut:
a . Memberikan batasan serta memperkecil
jangkauan penelitian dan kerja penelitian.
b. Mensiagakan peneliti kepada kondisi
fakta dan hubungan antar fakta, yang kadangkala hilang begitu saja dari
perhatian peneliti.
c. Sebagai alat yang sederhana dalam memfokuskan
fakta yang tercerai-berai tanpa koordinasi ke dalam suatu kesatuan penting dan
menyeluruh.
d. Sebagai panduan dalam pengujian serta
penyesuaian dengan fakta dan antar fakta.
Tinggi rendahnya kegunaan hipotesa
tergantung dari:
a.
pengamatan
yang tajam si peneliti.
b.
Imajinasi
serta pemikiran kreatif dari si peneliti.
c.
Kerangka
analisa yang digunakan oleh si peneliti.
d.
Metode
serta desain penelitian yang dipilih oleh peneliti.
Menurut Lerbin (2007:26), hipotesis itu
berfungsi sebagai jawaban sementara atas permasalahan penelitian. Sebagai
jawaban, hipotesis dirumuskan dalam kalimat pertanyaan. Disebut sebagai jawaban
sementara karena kebenarannya masih harus diverifikasi secara empiris, harus
diuji secara empiris, yaitu dengan pengumpulan data empiris mengenai tiap
variabel yang tercakup pada permasalahan maupun hipotesis penelitian.
Menurut Andieir (2008) ,adapun
fungsi-fungsi hipotesis, yaitu: membimbing pikiran peneliti dalam memulai
penelitian, menentukan tahapan atau prosedur penelitian, membantu menetapkan
format dalam menyajikan, menganalisis dan menafsirkan data dalam tesis.
Hipotesis mengkonkritkan dan
memperjelas masalah yang diselediki, karena dalam hipotesis secara tidak
langsung ditetapkan lingkup persoalan dan jawabannya. Pada gilirannya hipotesis
memberikan arah dan tujuan pelaksanaan penelitian, sehingga terhindarkan adanya
penelitian yang tak bertujuan. Dengan hipotesis yang dirumuskan secara baik,
proses penelitian lebih terjamin akan berlangsung secara teratur, logis dan
sistematis menuju pada tujuan akhir penelitian. Selain dari itu hipotesis,
memberikan jalan yang cepat dan efisien ke arah penyelesaian masalah. Tanpa
hipotesis, pengumpulan data dan informasi akan dilakukan secara membabi-buta.
Hipotesis memberikan batasan data yang diperlukan atau sesuai dengan kebutuhan
penelitian.
3. Ciri-Ciri dan Kriteria Hipotesis
Menurut
M. Suparmoko (1991:14) Ciri-ciri hipotesis sebagai berikut:
a.
Hipotesis
sebaiknya dinyatakan dalam bentuk “jika…maka…” , dan dinyatakan sedemikian rupa
sehingga implikasi dan hubungannya terhadap permasalahan dapat diperlihatkan
secara logis.
b.
Hipotesis
harus dinyatakan sesederhana mungkin baik dalam arti rumusan teori maupun
implikasinya maupun jumlah variabel yang dilibatkan.
c.
Hipotesis
harus dapat diuji kebenarannya dan dapat ditolak dalam batas-batas dana, tenaga
dan waktu yang ada.
d.
Hipotesis
harus dinyatakan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan pengarahan bagi
penelitian yang bersangkutan. Hipotesis bila dirumuskan dengan baik, akan
menyarankan pengumpulan data, dan teknis analisis yang tepat bagi pengujian
yang akan dipakai dalam proses penelitian. Jadi suatu hipotesis dapat dianggap
sebagai suatu rencana pelaksanaan penelitian.
e.
Secara
keseluruhan, hipotesis harus pantas dan efisien dalam menyarankan pemecahan
masalah penelitian. Hipotesis harus memberikan hasil dengan derajat kepercayaan
yang dapat diterimanya, tetapi menggunakan sumber daya yang seminimal
mungkin.
4. Jenis-Jenis Hipotesis
Menurut Sumardi Suryabrata dalam
bukunya “Metodologi Penelitian”(1990:75), ciri-ciri hipotesis dapat dibedakan
menurut isi dan rumusannya antara lain:
a.
Hipotesis
tentang hubungan, yaitu hipotesis yang menyatakan tentang saling-hubungan
antara dua variabel atau lebih, mendasari berbagai penelitian
korelasional.
b.
Hipotesis
tentang perbedaan, yaitu hipotesis yang menyatakan perbedaan dalam variabe
tertentu pada kelompok yang berbeda-beda. Hipotesis tentang perbedaan itu
mendasari berbagai penelitian komparatif.
Konsep penting lain mengenai
hipotesis adalah hipo-Ho adalah hipotesis yang menyatakan tidak adanya saling
hubungan antara 2 variabel atau lebih, atau hipotesis yang menyatakan tidak
adanya perbedaan antara kelompok yang satu dan lainnya. Didalam analisis
statistik, uji statistik biasanya mempunyai sasaran untuk menolak kebenaran
hipotesis nol itu. Hipotesis lain yang bukan hipotesis nol disebut hipotesis
alternatif. Hipotesis alternatif (HA) menyatakan adanya saling-hubungan antara
dua variable atau lebih, atau menyatakan adanya perbedaan dalam hal tertentu
pada kelompok-kelompok yang berbeda. Pada umumnya, kesimpulan uji statistic
berupa penerimaan hipotesis alternatif sebagai hal yang benar.
Pada dasarnya, kedua jenis perumusan
itu dapat dilakukan. Namun, dalam kenyataanya kebanyakan penelitian ilmiah
merumuskan hipotesis penelitiannya dalam bentuk hipotesis alternatif. Hal yang
demikian itu terjadi terutama dalam penelitian eksperimental, dalam penelitian
ini peneliti bermaksud mengetahui perbedaan gejala pada kelompok yang satu dan
pada kelompok yang lain, sebagai akibat adanya perbedaan perlakuan. Dalam
penelitian bukan eksperimentalpun lebih banyak diketemukan hipotesis alternatif
daripada hipotesis alternatif daripada hipotesis nol yang dirumuskan sebagai
hipotesis penelitian. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya penelitian
bertujuan untuk mengetahui atau mengungkapkan adanya saling-hubungan atau
adanya perbedaan, dan bukan sebaliknya.
Suatu hal yang sering dipersoalkan
dalam hubungan dengan hipotesis ini ialah “apakah setiap penelitian harus
mempunyai hipotesis?” jawaban terhadap pertanyaan ini dapat “ya” atau “tidak”.
Jika penelitian itu adalah penelitian ilmiah seperti yang modelnya disajikan
disini, jawabannya “ya”. Dalam penelitian ilmiah komponen-komponen utama yang
menuntun langkah-langkah yang dilakukan adalah: masalah – hipotesis – data –
hasil – analisis - kesimpulan.
Komponen-komponen itu dijalin secara
serasi oleh teori tertentu, dan penelitiannya dituntun secara tertib oleh
metodologi tertentu.
Ada penelitian-penelitian yang
komponennya tidak seperti yang tersebut diatas itu, dan karenanya mungkin
dilakukan tanpa hipotesis. Penelitian deskriptif misalnya, tidak bertujuan
memuji sesuatu hipotesis, melainkan bertujuan membuat deskripsi menganai hal
yang diteliti. Penelitian eksploratif biasanya bersifat deskriptif. Pada
umumnya penelitian eksploratif itu bertujuan untuk mendapatkan data dasar, yang
diperlukan sebagai pangkalan untuk penelitian lebih lanjut ataupun sebagai
dasar untuk mebuat suatu keputusan.
Menurut Moh. Nazir (1988:185),
hipotesis dapat dibagi sebagai berikut:
a.
Hipotesis
tentang perbedaan dengan hubungan.
Hipotesis tentang hubungan adalah
pernyataan rekaan yang menyatakan tentang saling hubungan antara dua variabel
atau lebih, sebaliknya hipotesa yang menyatakan perbedaan menyatakan adanya
ketidaksamaan
b.
Hipotesis
kerja dengan hipotesa nol.
Ø Hipotesis nol mula-mula diperkenalkan oleh
bapak statistic Fisher, yang difommulasikan untuk ditolak sesudah pengujian.
Selalu ada implikasi “tidak ada beda”. Perumusannya bias dalam bentuk: “Tidak
ada beda antara … dengan … “ Hipotesis nul dapat juga ditulis dalam bentuk “…
tidak mem …”.
Ø Dengan menolak hipotesa nul, maka kita
menerima hipotesis pasangan, yang disebut hipotesis alternatif.
Ø Hipotesis nol biasanya digunakan dalam
penelitian eksperimental.
·
Hipotesis
kerja mempunyai rumusan dengan implikasi alternatif di dalamnya.
·
Hipotesis
kerja biasanya dirumuskan dalam bentuk sebagai berikut: “Andaikan … , maka … “.
·
Hipotesis
kerja biasanya diuji untuk diterima, dan biasanya dirumusakan oleh
peneliti-peneliti ilmu sosial dalam desain yang noneksperimental.
c.
Hipotesis
common sense dengan ideal.
Hipotesis
acap kali menyatakan terkaan tentang dalil dan pemikiran bersahaja dan common
sense ( akal sehat). Hipotesis ini biasanya menyatakan hubungan keseragaman
kegiatan terapan. Contohnya: hipotesis sederhana tentang produksi dan status
pemilikan tanah, hipotesa mengenai hubungan tenaga kerja dan luas garapan,
hubungan antara dosis pemupukan dengan daya tahan terhadap insekta, hubungan
antara kegiatan-kegiatan dalam industri, dan sebagainya.
Sebaliknya,
hipotesis yang menyatakan hubungan yang kompleks dinamakan hipotesis jenis
ideal. Hipotesis ini bertujuan untuk menguji adanya hubungan logis antara
keseragaman-keseragaman pengalaman empiris. Hipotesis ideal adalah peningkatan
dari hipotesa analitis. Contoh: kita mempunyai suatu hipotesa ideal tentang
keseragaman empiris dan hubungan antara daerah, jenis tanah, luas garapan,
jenis pupuk, dan sebagainya. Misalnya tentang hubungan jenis tanaman A dengan
jenis tanah A* dan hubungan jenis tanaman B dengan jenis tanah B*. jika kita
perinci hubungan ideal di atas, misalnya dengan mencari hubungan antara
varietas tanaman A saja, maka kita memformulasikan hipotesa analitis.
Terdapat
tiga jenis hipotesis yang penting menurut Sulaiman Masri (tutor.com) yaitu
hipotesis penyelidikan, hipotesis nol, dan hipotesis statistik.
Hipotesis penyelidikan merupakan pernyataan yang cermat tentang keadaan hal-hal penyelidikannya. Hipotesis nol juga merupakan pernyataan kenyataan sesuatu perkara tetapi pernyataan yang menolak atau menyangkal apa yang ditunjukkan oleh hipotesis penyelidikan. Hipotesis statistik pula adakah pernyataan tentang populasi statistik yang berdasarkan maklumat daripada data yang diamati dan diusahakan oleh seseorang untuk diguna pakai atau disangkal.
Hipotesis penyelidikan merupakan pernyataan yang cermat tentang keadaan hal-hal penyelidikannya. Hipotesis nol juga merupakan pernyataan kenyataan sesuatu perkara tetapi pernyataan yang menolak atau menyangkal apa yang ditunjukkan oleh hipotesis penyelidikan. Hipotesis statistik pula adakah pernyataan tentang populasi statistik yang berdasarkan maklumat daripada data yang diamati dan diusahakan oleh seseorang untuk diguna pakai atau disangkal.
Dalam
ruang lingkup proposal penyelidikan, hipotesis boleh dipandang sebagai
kenyataan spesifik daripada teori dalam bentuk yang boleh diuji. Tiada had
dalam jumlah hipotesis yang boleh ditarik daripada skema teporetis dan
dijadikan sasaran ujian pengujian empirisis. Namun begitu, biasanya jumlah
hipotesis pada pengujian emperis, maka beberapa atau kesemua sasaran projek
penyelidikan dicapai sebahagian atau semuanya.
Menurut Dr.Suharsimi Arikunto dalam
bukunya Manajemen Penelitian (Suharsimi,1995:60), ditinjau dari operasinya,
rumusan untuk ketiga jenis hipotesis tersebut dikenal dua jenis rumusan yaitu:
a.
Hipotesis
nol, yakni hipotesis yang menyatakan ketidakadanya hubungan antara variabel.
Dalam notasi, hipotesis ini dituliskan dengan ”Ho”
Dalam contoh-contoh di atas ketiga rumusan hipotesis nol dimaksud adalah:
Dalam contoh-contoh di atas ketiga rumusan hipotesis nol dimaksud adalah:
·
Tidak
ada hubungan antara nilai matematika dengan nilai IPA
· Tidak
ada hubungan sebab-akibat timbal balik antara tingkat kekayaan dengan kelancara
berusaha.
. Tidak ada saling pengaruh antara tingkat kekayaan dengan keberhasilan
berusaha.
·
Tidak
ada hubungan sebab-akibat antara banyaknya makan dengan tingkat kekenyangan.
Tidak adanya pengaruh banyaknya makan terhadap tingkat kekenyangan. Banyaknya
makanan tidak berpengaruh terhadap tingkat kekenyangan.
b.
Hipotesis
alternatif atau hipotesis kerja, yakni hipotesis yang menyatakan adanya
hubungan antar variabel. Dalam notasi, hipotesis ini dituliskan dengan ”Ha”.
Untuk hipotesis alternatif dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu hipotesis
terarah (direction hypothesis) dan hipotesis tidak terarah (non directional
hypothesis).
Contoh-contoh
berikut disesuaikan dengan ketiga jenis hubungan yang telah disebutkan.
a) Untuk hubungan dua variabel sejajar
tidak dapat dirumuskan hipotesis terarah.
Ha tidak terarah (non directional) :
·
Ada
hubungan antara nilai matematika dengan nilai IPA.
Ha terarah (directional) :
·
Tingkat
kekayaan berpengaruh terhaap kelancaran usaha.
Kelancaran berusaha berpengaruh terhadap tingkat kekayaan.
Kelancaran berusaha berpengaruh terhadap tingkat kekayaan.
Ha tidak terarah (non directional) :
·
Ada
pengaruh tingkat kekayaan terhadap keberhasilan berusaha.
Ada pengaruh keberhasilan berusaha terhadap tingkat kekayaan.
Ada pengaruh keberhasilan berusaha terhadap tingkat kekayaan.
Ha terarah (directional) :
·
Banyaknya
makan berpengaruh terhadap tingkat kekenyangan , atau Banyaknya makan
mempengaruhi tingkat kekenyangan.
Ha tidak terarah (non directional) :
·
Ada
pengaruh banyaknya makan terhadap tingkat kekenyangan.
Perbedaan antara hipotesis terarah
(directional) dengan hipotesis tidak terarah (non directional) adalah dalam
hipotesis terarah peneliti sudah berani dengan tegas menyatakan bahwa variabel
bebas memang berpengaruh terhadap variabel tergantung. Dalam hipotesis tidak
terarah, peneliti merasakan adanya pengaruh, tetapi belum berani secara tegas
menyatakan pengaruh tersebut. Ia baru berani menyatakan bahwa ada pengaruh.
Hipotesis yang dirumuskan berdasarkan
hasil pendekatan terhadap permasalahan dinamakan hipotesis substantif atau
hipotesis penelitian. Hipotesis itu (dapat dikatakan selalu) dalam bentuk
kalimat pernyataan yang positif dan biasanya diawali dengan kata ’ada’. Semua
contoh hipotesis berdasarkan tipenya yang dikemukakan di atas termasuk
hipotesis substantif. Lawan dari hipotesis ini adalah hipotesis nihil (nol)
atau disebut juga sebagai hipotesis statistik. Hipotesis nol ini selalu
merupakan kebalikan dari hipotesis substantif. Jadi, bila pada hipotesis
substantifnya dinyatakan:
·
Ada
hubungan atau perbedaan ...., maka hipotesis nolnya adalah tidak ada hubungan
atau tidak ada perbedaan ...,
·
A
lebih besar daripada atau sama dengan B, maka hipotesis nolnya adalah A lebih
kecil daripada B.
Hipotesis substantif disebut juga
sebagai hipotesis alternatif, yakni sebagai alternatif atas hipotesis nihil
(statistik). Hipotesis alternatif dibedakan lagi menjadi hipotesis alternatif
tidak terarah (tidak memiliki arah) dan hipotesis alternatif terarah.
Contoh hipotesis alternatif tidak
terarah:
·
Ada
hubungan antara volume penjualan dan biaya iklan (tidak tersurat apakah
hubungan kedua variabel itu tegolong positif atau negatif).
·
Ada
perbedaan proporsi antara perempuan dan laki-laki yang membeli suatu produk
(tidak tersurat apkah proporsi perempuan atau laki-laki yang lebih besar).
·
Ada
perbedaan nilai rata-rata sikap konsumen terhadap iklan antara sebelum dan setelah
iklan suatu produk ditayangkan pada media audio visual (tidak tersurat apakah
nilai rata-rata sikap sebelum iklan atau setelah iklan yang lebih besar).
·
Ada
pengaruh pemberian kupon berhadiah terhadap volume penjualan suatu produk
(tidak tersurat apakah pengaruhnya positif atau negatif).
Contoh hipotesis alternatif tidak terarah:
·
a. Ada hubungan yang positif antara volume
penjualan dan biaya iklan.
b. Ada hubungan yang negatif antara volume penjualan dan biaya iklan.
b. Ada hubungan yang negatif antara volume penjualan dan biaya iklan.
·
a.
Proporsi perempuan yang membeli produk lebih besar daripada proporsi laki-laki.
b. Proporsi perempuan yang membeli suatu
produk lebih kecil daripada proporsi laki- laki.
·
a.
Nilai rata-rata sikap konsumen terhadap iklan suatu produk lebih besar setelah
iklan itu ditayangkan pada media audio visual bila dibandingkan dengan
sebelumnya.
b. Nilai rata-rata sikap konsumen
terhadap iklan suatu produk lebih kecil setelah iklan itu ditayangkan pada
media audio visual bila dibandingkan dengan sebelumnya.
·
a.
Ada pengaruh yang positif dari pemberian kupon berhadiah terhadap volume
penjualan suatu produk.
b. Ada pengaruh yang negatif dari
pemberian kupon berhadiah terhadap volume penjualan suatu produk.
Dari contoh-contoh di atas, kita dapat
mengetahui bahwa arah kaitan antarvariabel pada hipotesis alternatif terarah
dinyatakan secara eksplisit, sedangkan pada hipotesis alternatif tidak terarah
tidak demikian.
(Lerbin, 2007:27 ) Selain lebih
informatif, bila dibandingkan dengan hipotesis alternatif tidak terarah,
hipotesis alternatif juga lebih menguntungkan dari segi teknik analisis
statistik, khususnya dalam pembuatan kesimpulan. Pada dasarnya, teknik-teknik
analisis statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis dimaksudkan untuk
menguji hipotesis nihil. Alternatif kesimpulan yang dapat dibuat dari pengujian
hipotesis itu hanya dua, yaitu menolak atau tidak dapat menolak hipotesis
nihil. Bila hipotesis alternatifnya yang merupakan lawan atau tandingan atas
hipotesis nihil yang diuji tidak terarah dan bila hipotesis nihilnya tidak
dapat ditolak, maka peneliti akan menghadapi masalah. Dalam hal ini, peneliti
hanya dapat menyimpulkan adanya kaitan antarvariabel yang dirumuskan pada
hipotesis alternatif itu tanpa mengetahui (tanpa boleh menyimpulkan) arah
kaitannya, walaupun dari hasil analisis statistiknya dapat diketahui arahnya.
Dalam hal hipotesis nihil ditolak dan hipotesis tandingannya adalah hipotesis
alternatif terarah, maka peneliti dapat dengan mudah menyimpulkan arah
kaitannya. Hipotesis nihil hanya dibuat pada bagian metode penelitian pada
suatu proposal atau laporan penelitian. Alasannya adalah bahwa analisis data
dikemukakan pada bagian metode penelitian dan hipotesis nihil dibuat sehubungan
dengan analisis statistik yang digunakan. (Lerbin, 2007:28)
Jenis-jenis hipotesis menurut winner statistik
(2008), yaitu:
·
hipotesis
1 arah
·
hipotesis
2 arah.
Perbedaanya terletak pada masalah apa
yang mau diuji. Hipotesis 1 arah digunakan untuk menguji suatu hal yang sudah
jelas akan lebih besar atau lebih kecil dari hipotesis awal. Sedangkan
Hipotesis 2 arah digunakan untuk menguji suatu hal (hipotesis awal) pada suatu
titik tertentu, dimana kemungkinan hipotesis tandingannya bisa lebih besar
maupun lebih kecil dari titik tersebut.
·
Contoh
hipotesis 1 arah.
Misalnya kita ingin menguji suatu kadar
emisi kendaraan apakah mencapai batas tertentu atau tidak. Maka, yang menjadi
perhatian kita adalah melebihi batas emisi ataukah tidak. Bila kadar emisi
lebih kecil dari batas emisi dianggap masih menjadi hipotesis awal karena
semakin kecil semakin baik.
·
Contoh
hipotesis 2 arah.
Misalnya kita ingin menguji kadar racun
dalam tubuh manusia misalhnya kreatinin dan ureum. Maka kita konsen pada dua
arah. Apabila kadar kreatinin dan ureum melebihi batas normal sangat berbahaya.
sedangkan apabila lebih kecil dari batas normal juga berbahaya. Yang bagus
adalah kadarnya pas dengan batas normal.
5. Sumber Menggali Hipotesis
Menurut Goode dan Hatt (1952:64-65),
terdapat empat sumber untuk menggali hipotesis:
a.
Kebudayaan
dimana ilmu tersebut dibentuk.
b.
Ilmu
itu sendiri yang menghasilkan teori dan teori member arah kepada penelitian.
c.
Analogi
juga merupakan sumber hipotesa. Pengamatan terhadap jagad raya atau pengamatan
yang serupa pada ilmu lain, merupakan sumber hipotesa yang baik. Contoh:
mengamati respon berat hewan terhadap makanan, memberikan analogi tentang
adanya respon tanaman terhadap zat hara.darinya dapat dirumuskan hubungan
antara tumbuhan dengan zat hara dalam tanah.
d.
Reaksi
individu dan pengalaman. Reaksi individu terhadap sesuatu, ataupun
pengalaman-pengalaman sebagai suatu konsekuensi dari suatu fenomena dapat
merupakan suatu sumber hipotesa. Reaksi tanaman terhadap pestisida, reaksi ayam
terhadap suntikan suatu obat dapat merupakan sumber hipotesa.
Menurut Goode dan Hatt (1952: 57), ada
3 penyebab kesukaran dalam memformulasikan hipotesa:
a.
Tidak
adanya kerangka teori atau tidak ada pengetahuan tentang kerangka teori yang
terang.
b.
Kurang
kemampuan untuk menggunakan kerangka teori yang ada.
c.
Gagal
berkenalan dengan teknik-teknik penelitian yang ada untuk dapat merangkaikan
kata-kata dalam membuat hipotesa secara benar.
6. Merumuskan Hipotesis
Menurut Moh Nazir (1988:190), ada
beberapa petunjuk dalam merumuskan hipotesis:
a.
Hipotesis
harus dirumuskan secara jelas dan padat serta spesifik.
b.
Hipotesis
sebaiknya dinyatakan dalam kalimat deklaratif atau pernyataan.
c.
Hipotesis
sebaiknya menyatakan hubungan antardua atau lebih variabel yang dapat diukur.
d.
Hipotesis
hendaknya dapat diuji.
e.
Hipotesis
sebaiknya mempunyai kerangka teori.
7. Menguji hipotesis
Secara umum hipotesis dapat diuji
dengan dua cara:
a.
Dengan
mencocokkan dengan fakta, maka diperlukan percobaan-percobaan untuk memperoleh
data. Data tersebut kemudian kita nilai untuk mengetahui apakah hipotesa
tersebut cocok dengan fakta tersebut atau tidak. Cara ini biasa dkerjakan
dengan menggunakan desain percobaan.
b.
Dengan
mempelajari konsekuensi logis, maka si peneliti meneliti suatu desain di mana
logik dapat digunakan, untuk menerima atau menolak hipotesa. Cara ini sering digunakan
dalam menguji hipotesa pada penelitian dengan menggunakan metode
noneksperimental seperti metode deskriptif, metode sejarah, dan
sebagainya.
Pengujian hipotesis memerlukan tiga
komponen:
·
Soalan
penyelidikan
·
Populasi
yang ditakrif dengan tepat (well-defined population)
·
Alat
mengukur
8. Penelitian Tanpa Hipotesis
Jenis-jenis
penelitian yang biasanya tanpa menggunakan hipotesis antara lain:
a.
Penelitian
deskriptif
Penelitian deskripsi dilakukan oleh
peneliti dengan harapan hasil berupa deskripsi, penggambaran, atau uraian.
b.
Penelitian
historis
c.
Penelitian
filosofis
d.
Penelitian
pelacakan
Tujuan
utama penelitian pelacakan adalah menguji sejauh mana efektivitas dan efisiensi
sesuatu lembaga pendidikan , misalnya sekolah, institut, universitas atau
program-program lain yang mempunyai tugas menyiapkan lulusannya untuk
menerapkan kemampuan yang diperoleh untuk diterapkan dalam tugas pelaksanaan
pekerjaan bagi penunjang kehidupannya. Dengan kata lain, penelitian pelacakan
berusaha mengadakan evaluasi lembaga dengan kriteria eksternal.
e.
Penelitian
evaluasi
Dalam
penelitian evaluasi, peneliti juga hanya ingin mengetahui apakah pelaksanaan
program yang dievaluasi sudah mencapai standar yang diharapkan ataukah belum.
Dalam hal ini peneliti dituntut oleh sederetan kriteria yang digunakan untuk
mengukur tingkat keberhasilan program. Dalam melakukan penelitian tersebut
biasanya peneliti tidak mempunyai dugaan untuk jawabannya. Oleh karena itu dia
tidak perlu menggunakan hipotesis dalam penelitiannya.
f.
penelitian
tindakan (action research)
Dalam ” The Action Research Planner”,
Stephen Kemmis dan Robert Mctaggert (1982) memberikan pedoman tentang
langkah-langkah yang dilalui jika seseorang melaksanakan penelitian tindakan
yaitu:
·
Menyusun
sebuah rencana (to develop a plan) untuk mengembangkan atau meningkatkan
tindakan yang sudah dan sedang dilangsungkan.
·
Melaksanakan
apa yang direncanakan (to act to implement the plan).
·
Mengadakan
pengamatan terhadap akibat dari tindakan yang dilakukan (to observe the effects
of action in the context in which it occurs)
·
Mengadakan
refleksi berdasarkan atas akibat-akibat tindakan untuk membuat rencana tindak
lanjut.
C.
SIGNIFIKAN DAN TINGKAT KEPERCAYAAN
Besarnya taraf signifikan biasanya sudah ditentukan
sebelumnya, yaitu 0,15, 0,05, 0,01, 0,005, atau 0,001. Untuk penelitian
pendidikan, biasanya digunakan taraf 0,05 atau 0,01 , sedangkan untuk bidang
yang berisiko tinggi akibat penarikan kesimpulannya, seperti bidang kesehatan,
biasanya digunakan taraf 0,005 atau 0,001.
Seandainya peneliti menetapkan kesalahan 5%, hal itu sama
saja dengan menyebut bahwa peneliti telah menolak hipotesis pada tingkat
kepercayaan 95% . Artinya, apabila kesimpulan hasil penelitian diterapkan pada
populasi sejumlah 100 orang, peneliti tersebut hanya sesuai untuk 95 orang,
sedangkan pada 5 orang sisanya terjadi penyimpangan. Dengan kata lain, peluang
terjandinya kemelesetan setiap 100 kali adalah 5 kali. Selayaknya, 95% tersebut
dinamakan tingkat kepercayaan. Jadi, tingkat kepercayaan adalah ukuran
keyakinan peneliti yang dinyatakan dalam persentase bahwa ia sanggup mengambil
resiko bahwa sesuatu itu dapat terjadi, apakah 95% , 99% dan lain-lain.
D.
DERAJAT KEBEBASAN
Derajat kebebasan merupakan tingkat kebebasan untuk
bervariasi sehingga tidak terjadi kekeliruan dalam penafsiran. Derajat
kebebasan juga sebagai patokan membaca tabel statistic berkenaan dengan batas
rasio penolakan (kritis), yaitu pada batas saat suatu hasil perhitungan
statistic dapat disebut signifikan. Rumus derajat kebebasan (dk) bergantung
pada jenis statistik yang digunakan.
E.
PENGUJIAN HIPOTESIS
Penarikan kesimpulan yang berakhir pada penerimaan atau
penolakan hipotesis diawali oleh pengujian hipotesis. Jadi, hasil akhirnya
adalah dua pilihan berupa diterima atau ditolaknya suatu hipotesis (H) didampingi
pernyataan lain yang berlawanan, sehingga diperoleh hipotesis (Ho) dan
hipotesis alternative (H1).
Secara umum hipotesis dapat diuji
dengan dua cara:
a. Dengan mencocokkan dengan fakta, maka
diperlukan percobaan-percobaan untuk memperoleh data. Data tersebut kemudian
kita nilai untuk mengetahui apakah hipotesa tersebut cocok dengan fakta
tersebut atau tidak. Cara ini biasa dkerjakan dengan menggunakan desain
percobaan.
b. Dengan mempelajari konsekuensi logis,
maka si peneliti meneliti suatu desain di mana logik dapat digunakan, untuk
menerima atau menolak hipotesa. Cara ini sering digunakan dalam menguji
hipotesa pada penelitian dengan menggunakan metode noneksperimental seperti
metode deskriptif, metode sejarah, dan sebagainya.
Pengujian hipotesis memerlukan tiga
komponen:
·
Soalan
penyelidikan
·
Populasi
yang ditakrif dengan tepat (well-defined population)
·
Alat
mengukur
Pola
Umum Pengujian Hipotesis
Langkah
- langkah dalam pengujian hipotesis secara umum ( Harun Al Rasyid , 2004 : 4 )
, antara lain:
1.
Nyatakan hipotesis statistik ( Ho dan H1
) yang sesuai dengan penelitian yang diajukan.
2.
Menentukan taraf kemaknaan atau nyata
3.
Kumpulkan data melalui sampel peluang
4.
Gunakan statistik uji tepat
5.
Tentukan titik kritis dan daerah kritis
( daerah penolakan ) Ho
6.
Hitung nilai statistik uji berdasarkan
data yang dikumpulkan.
Perhatikan
apakah nilai hitung statistik uji jatuh di daerah penerimaan atau daerah
penolakan.
7.
Berikan kesimpulan statistik
8.
Menentukan nilai
Beberapa
hipotesis Ho dan H1 antara lain:
a.
Pasangan hipotesis dua ekor ( dua pihak
)
Rumusan
hipotesis :
“
Terdapat perbedaan rata – rata belajar antara siswa yang jarak tempat
tinggalnya jauh dengan siswa yang jarak tempat tinggalnya dekat dengan sekolah
“
Atau
dinyatakan dalam Ho dan H1 menjadi :
: rata – rata belajar siswa yang jarak tempat tinggalnya jauh
: rata – rata belajar siswa yang
jarak tempat tinggalnya dekat
Maaf boleh tanya ini sumbernya dari mana ya?
BalasHapus