Model
trialogue PBM yang dapat digunakan untuk menurunkan mekanisme yang
mengendalikan proses membangun pengetahuan yang diwujudkan oleh pengajar
berdasarkan pengetahuan praktis mengajarnya. Mekanisme ini dilihat dari
hubungan saling menguntungkan. Hubungan ini hanya dimungkinkan jika pengajar,
pembelajar, dan materi-subyek memahami hak prerogatifnya masing-masing, yakni
sebagai pemula dan sebagai rujukan nilai kebenaran.
Jika
tindakan pengajar menginformasikan (informing), biasanya untuk memulai
pelajaran, maka target materi-subyek adalah konten dan respon yang diinginkan
dari pembelajar adalah intelligible. Selanjutnya, jika tindakan pengajar berupa
menggali materi-subyek lebih dalam (eliciting) maka target yang dikehendaki
adalah substansi dan respon yang diharapkan adalah plausible. Jika kegiatan
sampai pada tahap memapankan dimana pengajar mengarahkan (directing) maka
targetnya adalah sintaktikal dengan harapan menjadi berguna (fruitful) bagi
siswa. Tiga komponen intelligible, plausible, dan fruitful merupakan kriteria
accessible dalam proses belajar-mengajar. Intelligible berarti mater-subyek
dapat dipahami atau dimengerti pembelajar karena pengetahuan dihihat terpadu
dan mempunyai konsistensi internal. Plausible artinya pengetahuan dapat
dipahami atau dimengerti pembelajar karena sesuai dengan pengalaman yang mereka
miliki. Sedangkan fruitful bermakna sesuatu dapat dipahami/dimngerti karena
dapat digunakan atau mempunyai nilai lebih.
Siregar lebih lanjut mengyatakan
bahwa interaksi komponen-komponen itu berlangsung berdasarkan hubungan
ketergantungan yang saling menguntungkan dengan melihat setiap komponen sebagai
kewenangan wacana menurut posisinya masing-masing.
Aspek materi subjek :
1. aspek konten, mencakup fakta dan konsep dalam disiplin
ilmu melalui motif deskripsi dan definisi.
2. aspek substansi, mengendalikan pengorganisasian konten
melalui aturan, hukum, kriteria dansebagainya.
3. aspek sintaktikal, mengendalikan bagaimana
pengorganisasian konten dilaksanakan dengan menggunakan keterampilan intelektual
untuk mengembangkan suatu eksplanasi.
Ø
Proposisi
mikro diturunkan dari teks dasar, sedangkan proposisi makro diturunkan dari
proposisi mikronya.
Ø
Penurunan
proposisi mikro dan makro dilakukan dengan mengikuti aturan makro, yaitu:
1. Penghapusan
2. generalisasi
3. konstruksi.
Ø
Analisis
materi subjek
1. Membuat teks dasar
2. Menurunkan Proposisi Mikro
dan Makro
3. Menurunkan Struktur Global
4. Menurunkan Struktur Makro
5. Menurunkan Model
Representasi
6. Analisis Kesesuain Materi
Subjek
6. Analisis kesesuaian
representasi
7. Analisis Wacana
Argumentatif
8. Penglihan Teks menjadi
Hiperteks
Ø
Pengalihan
teks menjadi hiperteks perlu memperhatikan hal berikut ini:
1.
Menentukan
format tampilan hiperteks dalam layar
2.
Bagaimana
menjelaskan hubungan kedekatan struktur makro dengan teksnya sehubungan dengan
intelektualitas teks
3.
Bagaimana
membagi file-file pendukung dengan memperhatikan sifat link-nya, sehubungan dengan sifat cognitive flexibility
4.
Bagaimana
memelihara keterpaduan teks
Ø
Analisis
Wacana
Tugas utama dlm analisis
wacana:
1. Mengorganisasikan
unit terkecil (proposisi-mikro) menjadi unit yg lebih besar, proposisi-makro
2. Secara
berulang proposisi-makro dapat digabung
menjadi proposisi- makro yg lebih umum, akhirnya menjadi
proposisi-global
3.
Secara
keseluruhan organisasi yang dihasilkan disebut “STRUKTUR MAKRO”
Ø
Analisis Struktur-Dalam Teks Hiperteks
Setelah
melakukan analisis permukaan berupa analisis struktur-luar sample hiperteks
maka dilakukan analisis struktur-dalam terhadap teks sample hiperteks tersebut.
Dasar prosedur analisis hiperteks bergantung kepada bagimana menurunkan
struktur makro suatu teks. Untuk melakukan analisis ini, proses dibagi ke dalam
tiga tahap, yaitu pembentukan teks dasar atau penghalusan dasar teks, penurunan
proposisi mikro dan makro, serta penyusunan struktur global dan makro
masing-masing hiperteks. Khusus untuk hiperteks yang ditulis dalam bahasa
Inggris terlebih dahulu dilakukan alih bahasa ke bahasa Indonesia. Hasil alih
bahasa dikonsultasikan dengan dosen pembimbing untuk melihat kesahihannya.
Namun, dengan pertimbangan bahwa tidak mungkin alih bahasa dilakukan sepenuhnya,
maka dalam analisis, teks asli tetap digunakan sebagai pendamping teks
terjemahan.
a. Pembentukkan Teks Dasar
Pembentukkan
teks dasar atau penghalusan teks adalah tindakan yang dilakukan untuk
membersihkan teks dari alenia, kalimat, frase, atau kata, yang tidak mendukung
proposisi yang lebih makro atau hal serupa yang berlebihan atau bersifat
pengulangan serta menyempurnakan teks sehingga memenuhi kaidah bahasa yang
benar dan mudah dimengerti. Tujuan pembentukan teks dasar adalah untuk
memapankan makna agar penurunan proposisi selanjutnya dapat dijamin
kesahihannya. Pembersihan dan penyempurnaan dapat dilakukan dengan syarat tidak
mengurangi atau merubah makna teks aslinya. Tujuan utama pembentukkan teks
dasar ini adalah untuk memudahkan analisis teks selanjutnya. Pembentukkan teks
dasar berpedoman kepada kriteria ketepatan hubungan unit-unit wacana dan
kejelasan struktur pengetahuan pada berbagai level, sebagaimana yang
dikemukakan oleh Frederiksen (Siregar, 2000) dan Van Dijk & Kintsch
(Siregar, 2000). Ketepatan merujuk kepada peristilahan yang tidak berlebihan
dan tidak kurang dalam mengungkapkan aspek fenomena yang dibicarakan. Sedangkan
kejelasan merujuk pada penggunaan verbal yang jelas hubungannya dengan predikat
dalam mengendalikan suatu proposisi (Siregar, 2000). Kriteria ketepatan dan
kejelasan ini dapat dicapai dengan penghapusan alenia, kalimat, frase, dan kata
serta penyisipan kalimat, frase, kata, atau huruf. Dalam prakteknya penyisipan
ini semakin penting untuk mengimbangi penghapusan yang dilakukan. Dlam proses
penurunan teks dasar, alenia, kalimat, frase dan kata yang dihapus dibatasi
dengan kurung krawal {...} sedangkan kalimat, frase, dan kata yang disisipkan
dicetak dengan huruf miring.
Dari teks dasar dilakukan analisis untuk
menurunkan proposisi mikro dan proposisi makro. Proposisi mikro langsung
dibentuk dari teks dasar. Proposisi ini memiliki tingkat abstraksi paling
rendah. Dari proposisi mikro ini ditarik proposisi yang lebih makro. Beberapa
proposisi makro dapat menghasilkan proposisi lebih makro lagi yang disebut
dengan proposisi utama. Proposisi
makro dapat diturunkan berkali-kali sesuai dengan tingkat abstraksi yang
diinginkan. Semakin tinggi proposisi makronya semakin tinggi tingkat abstraksinya.
Dalam penelitian ini dilakukan tiga kali penurunan, yakni untuk pembentukan
Makro I, Makro II, dan Makro Utama. Penempatannya dilakukan secara berurutan
dalam tabel ”Analisis Proposisi Mikro Makro”. Lebih jelasnya, pada kolam
pertama untuk Tindakan Wacana, kolam kedua untuk Teks Dasar, kolam ketiga untuk
Proposisi Mikro, dan kolam keempat sampai keenam untuk Proposisi Makro I sampai
Makro Utama.
Setelah melakukan analisis proposisi
dilanjutkan dengan menyusun struktur global sampel. Struktur global selanjutnya
dikembangkan menjadi struktur makro. Baik struktur global maupun struktur makro
disusun langsung berdasarkan hasil penurunan proposisi mikro dan proposisi
makro. Struktur global berfungsi untuk menyederhanakan materi ke dalam suatu
struktur agar lebih memudahkan pemahaman oleh pembelajar. Penyederhanaan materi
tergambar dari pengorganisasian materi berdasarkan dimensi progesi dan dimensi
elaborasi. Penyusunan struktur global memperhatikan keterpaduan hubungan antar
unit tema yaitu mengendalikan tinadakan makro dalam dimensi elaborasi dan
dimensi progresi (Siregar, 2000). Struktur global dan struktur makro merujuk
pada hubungan retorika dengan menjaga hubungan hirarkisnya. Penyusunan juga dilakukan
dengan memperhatikan tindakan wacana, terutama pada struktur global.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar