Metode korelasional sebenarnya kelanjutn dari metode
deskriptif. Dengan metode deskriptif, kita menghimpun data, menyusun secara
sistematis, factual dan cermat (Isaac dan Michael, 1981:46).Metode deskriptif
tidak menjelaskan hubungan di antara variable, tidak menguji hipotesis atau
melakukan prediksi. Survai majalah Tempo menghimpun ketrangan tentang responden
yang meliputi usia, pendidikan, status sosial ekonomi, terpaan radio, dan
sebagainnya. Jumlah responden untuk setiap klasifikasi variable dihitung
frekuensinya.
Hubungan yang dicari itu disebut korelasi. Metode
korelasi bertujuan untuk meneliti sejauh mana variasi pada satu faktor
berkaitan dengan variasi pada faktpr lain. Kalau dua variable saja yang kita
hubungkan, korelasinya disebut korelasi sederhana (simple correlation). Lebih
dari dua, kita menggunakan korelasi ganda (multiple correlation).
ANALISIS KORELASIONAL
A. PENGERTIAN
KORELASI
Kata korelasi berasal dari bahasa inggris correlation. Dalam bahasa
Indonesia sering diterjemahkan dengan hubungan, atau saling berhubungan, atau
hubungan timbal-balik.
Dalam ilmu statistic istilah korelasi diberi pengertian
sebagai hubungan antardua variable atau lebih.
Hubungan antardua variable dikenal dengan istilah :
bivariate correlation, sedangkan hubungan antarlebih dari dua variable disebut
multivariate correlation.
Hubungan antardua variable misalnya hubungan atau korelasi
antara prestasi studi (variable X) dan kerajina kuliah (variable Y), maksudnya
adalah prestasi studi ada hubungannya dengan kerajinan kuliah. Hubungan
antarlebih dua variable, misalnya hubungan antara prestasi studi (variable X1)
dengan kerajinan kuliah (variable X2), keaktifan mengunjungi
perpustakaan (variable X3) dan keaktifan berdiskusi (variable X4).
Dalam contoh di atas, variable prestasi studi tersebut
disdebut dependent variable, yaitu variable yang dipengaruhi, sedangkan
variable kerajinan kuliah, keaktifan mengunjungi perpustakaan, dan keaktifan
berdiskusi disebut independent variable, yaitu variable bebas, dalam arti :
bermacam – macam variable yang dapat memberikan pengaruh terhadap prestasi
studi.
B. TUJUAN
Kegiatan menganalisis dengan teknik statistic korelasional
yang tepat bertujuan mengonal data hasil penelitian korelasional untuk menguji
ada tidaknya hubungan itu dan mengungkapkan seberapa besar kekuatan hubungan
antarvariabel yang dimaksud. Tentu saja, jenis teknik analisis statistika yang
dipakai harus sesuai dengan tujuan penelitian yang dilakukan dan sifat data
dari penelitian tersebut. Misalnya, untuk mengetahuai kelompok empat variable
akan berbeda dengan korelasional dua variable. Begitu pula, jika data – datanya
berjenis interval akan berbada penganalisisannya dengan data berjenis ordinal.
C. PENGGOLONGAN
Tujun penelitian, jenis data, dan banyak tidaknya variable
yang dikorelasikan akan menentukan dalam penggolongan penganalisisan statistic
korelasional. Jika dilihat dari banyak sedikitnya variable yang dikorelasikan,
ada dua jenis teknik analisis korelasional, yaitu teknik analisis korelasional
bivariat dan teknik analisis korelasional multivariate.
Contoh
teknik menganalisis korelasional dua variable, seperti yang diuraikan pada
bagian pengertian di atas, yaitu antara variable prestasi bahasa Indonesia dan
variable prestasi matematika dan korelasi antara variable minat baca dan
variable kecepatan efektif membaca. Teknik analisis korelasional multivariate
adalah teknik menganalisis korelasi lebih dari dua variable. Misalnya, pengaruh
jarak tempat tinggal, posisi duduk dalam kelas, dan jadwal waktu belajar di
sekolah (pagi/siang), terhadap prestasi siswa belajar.
Berdasarkan tujuan atau sifat penelitian yang dilakukan,
dikenal teknik analisis korelasional sejajar dan teknik analisis korelasional
sebab akibat. Misalnya, menganalisis penelitian tentang hubungan tingkat stress
dengan tingkat prestasi belajar bisa dengan statistic Rho-spearman. Berbeda
dengan analisis terhadap penelitian pengaruh keterampilan berhitung terhadap
prestasi matematika yang dapat diuji dengan teknik korelasi linear dua
variable.
Menurut jenis datanya yang berupa nominal, ordinal,
interval, diskrit, atau kontinu dapat dilakukan analisis korelasional alpha (
), analisis korelasional Phi (
), point biserial, dll. Sebagai contoh,
untuk menguji hubungan antara jenis profesi (nominal) dengan tingkat adaptasi
social di masyarakat (ordinal) dapat dilakukan dengan menghitung theta (
).
D. ANGKA
KORELASI
Pada akhir abad XIX, Karl Pearson, beradarkan teori Sir
Fancis Galton, mengembangkan indeks untuk mengukur hubungan dantara
variable.Dikenal dengan istilah Pearson product coefficient correlations,
indeks ini disingkat dengan huruf kecil r. ada beberapa koefisien yang lain,
ini diambil sebagai contoh.Dalam contoh, r menunjukkan bilangan di antara +
1.00 dan – 1.00. bila tidak ada hubungan di anatara variable sama seklai, nilai
r sama dengan nol. Bila hubungan di antara variable bertambah, nilai r
bertambah dari nol ke plus atau minus satu.
Bila tanda r positif, variable-variabel dikatakan
berkorelasi secara positif.Artinya, bila skor pada variable X bertambah, skor
pada variable a pun bertambah pula.Korupsi, misalnya berkolerasi secara positif
dengan pembelian barang-barang mewah. Makin banyak korupsi, makin cenderung
oang membeli barang mewah (contoh; kurang nyaman!). Bila tanda r negatif,
variable dikatakan berkorelasi secara negatif , skor yang tinggi pada pengubah
9variabel) yang satu berkaitan dengan skor yang rendah pada variable yang lain.
Frekuensi skizorpenis, misalnya.Berkorelasi negatif
dengan status sosial ekonomi.Makin tinggi status sosial, makin rendah
freukuensi skizoprenia. Konsep diri berkorelasi negatif dengan perilaku untuk
menarik perhatian .makin tinggi konsep diri seseorang, makin kurang orangitu
berperilaku untuk menarik perhatian orang lain.
1. Pengertiannya
Tinggi rendah, kuat lemah atau besar kecilnya suatu korelasi
dapat diketahui dengan melihat besar kecilnya suatu angka yang disebut angka indeks
korelasi.
Jadi, angka indeks korelasi adalahsebuah angka yang dapat
dijadikan petunjuk untuk mengetahui seberapa besar kekuatan korelasi
diantara variable yang sedang diselidiki
korelasinya.
Korelasi positif maksimal
Korelasi positif lemah
2. Lambangnya
Angka korelasi biasa diberi lambing dengan huruf tertentu,
misalnnya rxy sebagai lambing koefisien korelasi pada Teknik
Korelasi Product Moment,
dibaca Rho sebagai lambang koefisien korelasi
pada Teknik Korelasi Tata Jenjang,
dibaca Phi sebagai lambing koefisien korelasi
pada Teknik Korelasi Phi C atau KK sebagai lambing koefisien korelasi pada
Teknik Korelasi Kontingensi dan lain – lain.
3. Besarnya
Angka korelasi itu besarnya berkisar antara 0 sampai dengan
1,00 artinya bahwa angka korelasi itu paling
tinggi adalah
1,00 dan paling rendah adalah 0. Jika dalam
perhitungan diperoleh angka korelasi lebih dari 1,00 hal itu merupakan petunjuk
bahwa dalam perhitungan tersebut telah terjadi kesalahan.
4. Tandanya
Korelasi antara variable X dan variable Y disebut korelasi
positif apabila angka indeks korelasinya bertanda plus, misalnya rxy
= + 0,235 ; rxy = + 0,333 ; dan sebagainya. Sebaliknya, apabila
angka indeks korelasi antara variable X dan variable Y bertanda minus, maka
korelasi yang demikian itu disebut korelasi negative, misalnya rxy =
- 0.12 ; - 0,23 ; dan sebagainya.
Angka variable X dan variable Y dikatakan tidak ada
korelasinya jika angka indeks korelasinya = 0.
Perlu diingat disini bahwa tanda plus dan minus yang
terdapat didepan angka indeks korelasi itu bukanlah tanda aljabar.
Tanda plus yang terdapat di depan angka indeks korelasi
memberikan petunjuk bahwa korelasi itu adalah korelasi positif (searah).
Sedangkan tanda minus yang terdapat di depan angka indeks korelasi memberikan
petunjuk bahwa korelasi itu adalah korelasi negative. Adanya tanda minus tidak
dapat diartikan bahwa korelasi antarvariabel itu besarnya kurang dari 0, sebab
angka korelasi yang paling kecil adalah 0.
5. Sifatnya
Angka indeks korelasi yang diperoleh dari proses perhitungan
itu sifatnya relative, yaitu angka yang fungsinya melambangkan indeks hubungan
antarvariabel yang dicari korelasinya. Jadi, angka indeks korelasi itu bukanlah
angka yang bersifat eksak,atau angka yang merupakan ukuran pada skala linier
yang memiliki unit – unit yang sama besar, sebagaimana yang terdapat pada
mistar pengukur panjang.
Sebagai contoh, misalkan angka korelasi antara variable X
dan variable Y = 0,75 (rxy = 0,75), sedangkan angka korelasi antara
variable Y dan variable Z = 0,25 (rxy = 0,25). Di sini kita tidak
dapat menyatakan bahwa rxy = 3 kali lipatnya ryz atau menyatakan
bahwa ryz = 1/3 nya rxy.
Menafsirkan Koefisien Korelasi
Korelasi dan Kausalitas. Bila dilakukan dikatakan
variable kecerdasan berkaitan dengan variable indeks prestasi pada koefisien
korelasi r 5 0,80, apakah artinya? Informasi apakah yang dapat kita peroleh
dari sebuah nilai r?untuk memahami nilai r kita harus mempertimbangkan tiga
hal.
Pertama, besaran korelasi yang berkisar dari 0 (berarti
tingkat tidakada korelasi sam sekali) sampai I (korelasi yang sempurna). Kedua,
arah korelasi yang ditunjukkan dengan tanda positif atau negatif. Korelasi
positif tidak berarti baik, tetapi hanya menunjukkan bahwa makin tinggi nilai
pada variable X, makin tinggi pula nilai pada variable Y. Ketiga, persoalan
apakah r yang diperoleh itu signifikan secara statistik.
Korelasi yang signifikan secara statistic tidak boleh
diartikan signifikan secara substantif atau signifikan secara
teoritis.Missalkan, kita mempunya penelitian yang meneliti pengaruh program
nutrisi pada pengurangan pada berat badan.Hipotesis penelitian kita diuji
secara statistic untuk mengetahui program mana yang lebih efektif. Jika kita mempertanyakan
apaah keuntungan mengikuti program X dibandingkan dengan program yang lain kita
mempertanyakan signifikasi substansif.
Jika ingin mempertanyakan apakah pengetahun kita
tentang hasil penelitian ini membantul kita untuk memahami konsep diri, sosialisasi
masa kecil, atau perkembangan sosiokultural, kita berhubungan dengan
signifikasi teoritis. Bila kita bertanya, apakah perbedaan diantara dua
kelompok yang ditelitiitu kebetulan atau memang karena program nutrisi yang
berlainan, atau berapa kemungkinan kesalahan kita kalau kita
mengenaeralisasikan hasil dai sampel itu pada seluruh populasi, kita berhubunga
dengan signifikasi statistik(Champion, 1981:128).
Jadi, korelasi yang sangat signifikan hendaknya tidak
diartikan hubungan sebab-akibat yang kuat.Memang, korelasi tidak selalu
menunjukkan hubungan kausalitas. Kausalitas terjadi bila dipenuhi syarat :
asosiasi, prioritas waktu, hubungan sebenarnya, dan rasional. Asosisasi
menunjukkan kaitan diantara variable seperti yang sering diperoleh dengan teknik
korelasi.
Berbicara tentang tinggi-rendahnya korelasi, apa
pedoman yang dapat kita pergunakan?walaupun amat bergantung pada jenis data
yang yang dinali dan tes stastik yang digunakan, koefisien korelasi diartikan
oleh Guilford (1956:145) secaa kasar sebagai berikut :
Kurang dari - 0,20 hubungan rendah sekali
0,20 - 0,40 hubungan rendah tetapi pasti
0,40 - 0,70 hubungan yang cukup berarti
0,70 - 0,90 hubungan yang tinggi, kuat
Lebih dari - 0,90 hubungan ssangat tinggi; kuat sekali, dapat diandalkan.
Koefisien korelasi ditinjau dari ragam PRE (Proportional Reduction in Error) bila sebuah penelitian menunjukkan korelasi 0,80 anatara keceradan dengan indeks pretasi akademis, kia dapat menyatakan bahwa menyatakan bahwa kebanyakan skor yan tinggi pada kecerdasan berkaitan dengan skor yang tinggi pada indeks presentasi.
0,20 - 0,40 hubungan rendah tetapi pasti
0,40 - 0,70 hubungan yang cukup berarti
0,70 - 0,90 hubungan yang tinggi, kuat
Lebih dari - 0,90 hubungan ssangat tinggi; kuat sekali, dapat diandalkan.
Koefisien korelasi ditinjau dari ragam PRE (Proportional Reduction in Error) bila sebuah penelitian menunjukkan korelasi 0,80 anatara keceradan dengan indeks pretasi akademis, kia dapat menyatakan bahwa menyatakan bahwa kebanyakan skor yan tinggi pada kecerdasan berkaitan dengan skor yang tinggi pada indeks presentasi.
Dengan perkataan lain, perbedaan individual (disebut
ragam atau varians) pada indeks prestasi berkaitan dengan perbedaan ragam pada
kecerdasan. Tetapi untuk menjelaskan beberapa ragam suatu pada satu variable
djelaskan denag ragam pada variable lain, yang digunakan bukan r tetapi r2.pada
contoh diatas, 64% (0,802) ragam pada ideks prestasi berkaitan dengan dengan
kcerdasan. Tidak semua koefisien korelasi memiliki sifat seperti r2. Koefisin
korelasi dapat juga dijelaskan dengan melihat kemampuan prediksinya, lazim
disebut PRE(Proportional Reduction in Error).
E. ARAH
KORELASI
Hubungan antarvariabel itu jika dilihat dari segi arahnya,
dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu hubungan yang sifatnya satu arah
(korelasi positif), dan hubungan yang sifatnya berlawanan arah (korelasi
negatif).
Korelasi positif, jika dua variable yang berkorelasi,
berjalan parallel, artinya bahwa hubungan antardua variable itu menunjukkan
arah yang sama. Contoh : dalam dunia pendidikan misalnya, terdapat korelasi
positif antara nilai hasil belajar matematika dan nilai hasil belajar fisika,
kimia, biologi, dan sebagainya.
Korelasi negative, jika dua variable yang berkorelasi itu
berjalan dengan arah yang berlawanan, bertentangan, atu berkebalikan. Contoh :
dalam dunia pendidikan misalnya, makin kurang dihayati dan diamalkannya ajaran
agama Islam oleh para remaja akan diikuti oleh makin meningkatnya frekuensi
kenakalan remaja, atau sebaliknya.
F. PETA
KORELASI
Arah hubungan variable yang kita cari korelasinya, dapat
kita amati melalui sebuah peta atau diagram, yang dikenal dengan nama peta
korelasi. Dalam peta korelasi itu dapat kita lihat pencaran titik atau momen
dari variable yang sedang kita cari korelasinya, karena itu peta korelasi juga
disebut scatter diagram.
Ciri
yang terkandung dalam peta korelasi itu adalah :
1. Jika
korelasi antara variable X dan variable Y merupakan korelasi positif maksimal
atau tertinggi atau sempurna, maka pencaran titik yang terdapat pada peta
korelasi apabila dihubungkan antara satu dengan yang lain, akan membentuk satu
buah garis lurus yang condong ke arah kanan.
2. Jika
korelasi antara variable X dan variable Y merupakan korelasi negatif maksimal,
maka pencaran titiknya akan membentuk satu buah garis lurus yang condong ke
kiri.
3. Jika
korelasi antara variable X dan variable Y merupakan korelasi positif yang
tinggi atau kuat, maka pada peta korelasi pencaran titiknya sedikit mulai
menjauhi garis linear, dengan kecondongan ke arah kanan.
4. Jika
korelasi antara variable X dan variable Y merupakan korelasi negatif yang
tinggi atau kuat, maka pada peta korelasi pencaran titiknya sedikit mulai
menjauhi garis linear, dengan kecondongan ke arah kiri.
5. Baik
korelasi positif maupun negative dikatakan sebagai korelasi yang cukup sedang
dan korelasi rendah atau lemah, apabila pencaran titik pada peta korelasi itu
semakin jauh tersebar/menjauhi garis linear.
G. KOEFISIEN
DETERMINASI
Koefisien determinasi adalah kuadrat dari koefisien korelasi
yang dikalikan dengan 100. Koefisien determinasi mengandung arti bahawa
besarnya persentase varians variable yang satu ditentukan oleh varians variable
yang lain. Jadi, seandainya diketahui koefisien korelasi variable X dengan
variable Y besarnya adalah r = 0,752, maka nilai r2 = 0,5655. Artinya
56,55 % variable Y turut ditentukan oleh variable X, sedangkan sisanya, yaitu
43,45 % ditentukan oleh variable lain yang perlu diteliti lebih lanjut (tidak
diteliti dalam penelitian ini).
H. REGRESI
LINEAR SEDERHANA
SEJARAH REGRESI
Istilah Regresi diperkenalkan oleh Fancis Galtom
“Meskipun ada kecenderungan bagi orang tua yang tinggi
mempunyai anak-anak yang tinggi, dan bagi orang tua yang pendek mempunyai anak
yang pendek, distribusi tinggi dari suatu populasi tidak berubah secara
menyolok (besar) dari generasi ke generasi”.
Regresi = “Kemunduran ke arah sedang”
Regresi atau peramaian adalah suatu proses
memperkirakan secara sistematis tentang apa yang paling mungkin terjadi di masa
yang akan dating berdasarkan informasi masa lalu dan sekarang yang dimiliki
agar kesalahannya dapat diperkecil.
Kegunaan regresi dalam penelitian salah satunya adalah
untuk meramalkan variable terikat (Y) apabila variable bebas (X) diketahui.
Regresi dapat juga diartikan sebagai usaha memperkirakan perubahan.
Regresi merupakan suatu alat ukur yang juga
dapat digunakan untuk mengukur ada atau tidaknya korelasi antarvariabel. Jika
kita memiliki dua buah variabel atau lebih maka sudah selayaknya apabila kita
ingin mempelajari bagaimana variabel-variabel itu berhubungan atau dapat
diramalkan.
Analisis regresi mempelajari hubungan
yang diperoleh dinyatakan dalam persamaan matematika yang menyatakan hubungan
fungsional antara variabel-variabel. Hubungan fungsional antara satu variabel
prediktor dengan satu variabel kriterium disebut analisis regresi sederhana
(tunggal), sedangkan hubungan fungsional yang lebih dari satu variabel disebut
analisis regresi ganda.
Istilah regresi (ramalan/taksiran)
pertama kali diperkenalkan oleh Sir Francis Galton pada tahun 1877 sehubungan
dengan penelitiannya terhadap tinggi manusia, yaitu antara tinggi anak dan
tinggi orang tuanya. Pada penelitiannya Galton mendapatkan bahwa tinggi anak
dari orang tua yang tinggi cenderung meningkat atau menurun dari berat
rata-rata populasi. Garis yang menunjukkan hubungan tersebut disebut garis
regresi.
Analisis regresi lebih akurat dalam
melakukan analisis korelasi, karena pada analisis itu kesulitan
dalam menunjukkan slop (tingkat perubahan suatu variabel terhadap variabel
lainnya dapat ditentukan). Dengan demikian maka melalui analisis regresi,
peramalan nilai variabel terikat pada nilai variabel bebas lebih akurat pula.
Persamaan Regresi Linier dari Y
terhadap X
Persamaan regresi linier dari Y
terhadap X dirumuskan sebagai berikut:
Y = a + b X
Keterangan:
Y = variabel terikat
X = variabel bebas
a = intersep
b = koefisien regresi/slop
Pada persamaan tersebut di atas, nilai
a dan b dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut:
rumus regresi sederhana
Contoh latihan soal regresi sederhana
Berikut ini adalah data pengalaman
kerja dan omzet penjualan dari 8 marketing pada PT Bang Toyib Gak Pulang-pulang
contoh latihan soal regresi sederhana
Pertanyaan: 1. Tentukan nilai a dan
b ! 2. Buatkan persamaan garis regresinya ! 3. Berapa perkiraan omzet
penjualan dari seorang marketing yang memiliki pengalaman kerjanya 3,5 tahun?
Penyelesaian:
tabel penolong regresiregresi linier
sederhana
Dijawab:
1. nilai a = 3,25 dan b = 1,25
2. Persamaan regresi liniernya adalah
Y = a + bX
= 3,25 + 1,25X
1. Nilai duga Y , jika X = 3,5
Y = a + bX
= 3,25 + 1,25X
= 3,25 + 1,25 (3,5)
= 7,625
langkah – langkah menjawab regresi sederhana
Makna
koefisien korelasi hanyalah memperlihatkan arah dan kekuatan hubungan dari dua
atau lebih variable yang dikorelasikan. Untuk mengetahui bagaimana
ketergantungan suatu variable terhadap variable lain yang diperlukan teknik
analisis yang lain, yaitu regresi linear sederhana.
Pada
korelasi antardua variable, hubungan antara koefisien korelasi dan regresi
linear sederhana dapat dijelaskan, makin tinggi korelasi antara dua variable,
makin berdekatanlah kedudukan kedua variable x dengan y. jika nilainya = 1,00 ,
kedudukan setiap nilai x dan y akan terletak pada satu garis lurus.
Analisis
Korelasi (Bivariat)
·
Bertujuan mengetahui derajat keeatan
hubungan antara dua variable.
·
Dalam analisis korelasi tidak perlu
dibedakan variable independent dan variable dependent.
Analisis
Regresi Sederhana
Bertujuan
tidak hanya mengukur derajat keeratan hubungan tetapi juga menduga besarnya
arah hubungan itu serta menduga besarnya variable dependen jika nilai variable
independen diketahui.
Bentuk
akhir dari analisis regresi adalah diperolehnya persamaan regresi linear yang
terbentuk :
= a + bx
Bila
korelasi variable X dengan variable Y dapat dijelaskan oleh suatu persamaan
regresi linear sederhana Y = 0,5 + 2x , hubungan X dengan Y tersebut dijelaskan
:
“setiap
kali meningkatkan nilai variable Y sebesar 2 kalinya seorang peneliti dapat
membuat ramalan, jika nilai variable X (variable independen) sebesar X = 3,
maka nilai variable Y (variable dependen) akan menjadi Y = 6,5. Oleh karena
itu, melengkapi uraian tentang analisis korelasional akan di bahas pula tentang
korelasi regresi linear sederhana”.
UJI HIPOTESIS DALAM REGRESI
n uji keberartian koefisien regresi
n Uji keberartian model regresi / Uji
linearitas
n Uji Korelasi
JENIS
REGRESI LINEAR SEDERHANA
n Linear positif
n Linear negatif
GARIS
REGRESI
Garis
linear yang menunjukan pola hubungan antara dua variabel misalnya variabel X
dan Y sebenarnya hanya merupakan garis taksiran yang dipakai untuk mewakili
pola sebaran data tersebut
METODE
KUADRAT TERKECIL
n kesalahan tidak dapat dihilangkan sama sekali, maka resiko
betapapun kecilnya selalu ada.
n Resiko hanya bisa diperkecil dengan memperkecil kesalahan
n persamaan garis regresi yang paling baik adalah persamaan
garis regresi yang mempunyai total kuadrat kesalahan kecil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar