Sesungguhnya
Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap, dan sesungguhnya
jika keduanya akan lenyap maka tidak ada seorang pun yang dapat menahan
keduanya selain Allah". (QS.Faathir, 35:41)
Mengapa kita tetap berpijak di atas permukaan bumi? Mengapa setiap
benda yang jatuh selalu menuju pusat bumi? Mengapa bulan tetap
mengelilingi bumi dan bumi bersama-sama bulan mengelilingi matahari?
Mengapa demikian?
Disadari atau tidak,
seringkali kita tidak memahami pengalaman kita hidup di dunia ini.
Tentang 'sesuatu' yang menyebabkan kita tetap lekat di permukaan bumi.
Apakah sesuatu itu? Mengapa sesuatu itu ada? Bagaimana cara ia bekerja?
Suatu pertanyaan sederhana seringkali
memerlukan pemikiran yang mendalam untuk memperoleh jawabannya. Dan
mungkin, sedikit sekali yang berupaya sungguh-sungguh, karena hal itu
tampaknya sesuatu yang "biasa" dalam kehidupan sehari-hari. Kecuali
anak-anak yang polos dan lugu serta ingin tahu yang seringkali mengusik
kita dengan pertanyaan-pertanyaan mereka yang spontan tentang segala
sesuatu yang mereka lihat dan rasakan. Yang terkadang terkesan lucu
namun menyenangkan. Diantaranya mengapa benda jatuh selalu ke "bawah"?
Penjelasan yang kita terima seperti mereka juga belumlah tuntas,
bahkan mungkin hingga saat ini. Sebenarnya, setiap orang tentu mengalami
pengaruh gravitasi. Demikian juga dengan semua benda yang ada di
sekitar kita. Walau tanpa kita sadari, semua benda yang terdiri dari
partikel materi saling berinteraksi tarik-menarik satu sama lain.
Gravitasilah yang memungkinkan kita tetap nyaman tinggal di permukaan
bumi dan kita dapat menikmati indahnya cahaya bulan purnama di malam
hari, juga kemilaunya sinar matahari di waktu senja dan pagi hari. Tanpa
gravitasi, kita semua akan beterbangan "hilang" dalam ruang makrokosmos
yang teramat luas akibat rotasi bumi. Tanpa gravitasi, bumi yang kita
huni, bulan dan matahari serta planet-planet yang mengisi ruangan jagat
raya ini akan berhamburan dalam gerak acak yang tak beraturan.
Bersyukurlah kita, bahwasannya Allah telah menciptakan gravitasi
sehingga kita pun mengalami proses kehidupan yang harmonis dengan
lingkungan alam kita.
Namun, apakah
"gravitasi" itu? Sejauh ini telah banyak usaha yang dilakukan untuk
memahami fenomena gravitasi. Sejarah mengatakan, mula pertama gagasan
gravitasi dipahami dan dijelaskan oleh tuan Isaac Newton dalam
Philosophiae Naturalis Principia Mathematica yang sering juga disebut
Principia yang muncul pertama kali tahun 1687 (walaupun sebenarnya
gagasan gravitasi tersebut telah diperolehnya 22 tahun sebelumnya) yang
antara lain menjelaskan hukum gravitasi universal di samping
mengemukakan teori bagaimana benda bergerak dalam ruang dan waktu. Hukum
gravitasi universal menjelaskan bagaimana benda berinteraksi
tarik-menarik. Gagasan hukum gravitasi universal dapat kita pahami
sebagai berikut,"tiap benda dalam jagat raya ditarik ke arah semua benda
lain oleh suatu gaya yang makin kuat dengan makin besarnya massa
benda-benda itu, dan dengan dekatnya benda itu satu sama lain". Artinya,
setiap partikel materi yang berada di dalam jagat raya ini saling
tarik-menarik satu sama lain yang besarnya gaya tarik-menarik tersebut
bertambah besar bila jaraknya semakin dekat dan kandungan massa dari
tiap-tiap partikel materi tersebut bertambah banyak.
Meskipun pengalaman kita hidup sehari-hari tidak merasakan hal
demikian, hal ini dikarenakan oleh adanya kenyataan bahwa gaya gravitasi
itu teramat lemah, sehingga pengaruh yang ditimbulkannya amat kecil
untuk dapat kita rasakan.
Seiring dengan
usaha pemahaman atas gaya interaktif lain yang ada di jagat raya ini,
konsep medan telah diperkenalkan oleh ilmuwan fisika masyhur, Michael
Faraday pada akhir abad 19 yang berusaha memahami gaya interaktif
partikel bermuatan elektrik yang kita kenal sekarang sebagai gaya
elektromagnetik (gagasan "partikel" untuk dunia mikroskopis adalah suatu
model saja). Konsep medan ini kemudian dibuat umum hingga kemudian
diterapkan juga pada gagasan gravitasi tuan Newton, yang dikenal dengan
konsep medan gravitasi.
Konsep medan
gravitasi ini memandang setiap partikel materi sebagai pengubah ruang
medan gravitasi. Medan ini beraksi pada setiap partikel materi lain yang
berada di dalam medan tersebut, yang seolah-olah "mengerahkan" gaya
tarikan gravitasi pada partikel materi tersebut. Medan ini memainkan
peranan perantara dalam pemikiran kita mengenai gaya-gaya interaksi di
antara partikel-partikel materi.
Mungkin kita
jadi berpikir, bahwa bila setiap partikel materi yang berada dalam
medan gravitasi telah berusaha untuk mengerahkan daya tarikan gravitasi
pada setiap partikel materi lain, maka terdapat "sesuatu" yang menjadi
penghubung sehingga terjadi interaksi antar partikel-partikel materi.
Pengenalan konsep kuantum dan penelitian mutakhir dari partikel
elementer memungkinkan pemahaman yang jauh lebih baik daripada
sebelumnya mengenai mekanisme gravitasi. Hasilnya adalah, diduga ada
"partikel interaktif" yang dikenal dengan nama graviton sebagai pembawa
gaya gravitasi yang memungkinkan partikel-partikel materi berinteraksi.
Partikel interaktif tersebut tidak memiliki massa, bersifat maya-karena
belum ada kenyataan eksperimental yang menemukan partikel interaktif
tersebut. Karena graviton tidak bermassa, maka sebagai akibatnya ia
dapat dipertukarkan pada jarak yang jauh sekali yang meliputi seluruh
volume ruang jagat raya. Sebagai ilustrasi, berapa "keliling" jagat raya
ini bila dikatakan bahwa di dalamnya terdapat sekitar 100 milyar
galaksi yang tiap-tiap galaksi berisi sekitar 100 milyar bintang! Jumlah
ini adalah suatu pendekatan saja, boleh jadi jumlah yang sebenarnya
melebihi aproksimasi di atas. Sementara itu, dari pengamatan yang
dilakukan terdeteksi bahwa antar galaksi saling bergerak menjauhi satu
sama lain mirip dengan balon karet yang kita tiup, dengan kecepatan yang
semakin bertambah besar dengan bertambah jauhnya jarak antar galaksi.
Menurut prediksi, bahkan hal ini akan tetap berlangsung sekitar 5 atau
10 milyar tahun lagi.
Meskipun gaya gravitasi
mempunyai kekuatan yang lemah bila dibandingkan dengan gaya-gaya lain
yang terdapat di jagat raya ini, ia dapat mempunyai kekuatan yang sangat
besar, bila kita meninjau suatu misal, sebuah objek langit yang
mengalami pemampatan materi dan telah kehilangan energi termonuklirnya
yang ia pergunakan untuk melangsungkan hidup, akan mengalami pengerutan
yang sangat hebat. Bintang yang ambruk tersebut akan mengerut mencapai
ukuran yang sangat kecil karena efek tarikan gravitasinya yang sangat
kuat. Objek semacam inilah yang sering kita kenal sebagai lubang hitam,
suatu objek yang menjadi perhatian utama saat ini dikarenakan ia
memiliki sifat-sifat yang diramalkan dari teori kuantum dan teori
relativitas umum, yang aneh, menawan dan menakjubkan. Mungkin sulit bagi
kita untuk membayangkan terdapatnya objek yang demikian sangat rapat,
bila suatu misal, dalam sebuah kelereng yang berdiameter dua cm
mengandung sejumlah massa 80 milyar ton! Bintang yang mempunyai massa
sekian itu akan terus-menerus mengerut dalam ukuran yang semakin kecil
dan semakin rapat. Tarikan gravitasinya bahkan mampu menarik cahaya yang
lewat mendekatinya.
Struktur atom dan
struktur inti lubang hitam tidak lagi seperti yang telah kita kenal
dalam teori atom dan teori nuklir, karena tarikan gravitasi telah
menarik awan elektron di sekeliling inti dan menembusnya! Sifat-sifat
apakah yang terjadi dan hukum bagaimanakah yang mampu menjelaskan adanya
fenomena seperti itu, hingga saat ini masih dalam perumusan para
fisikawan dunia. Dan akan selalu menjadi bahan kajian yang menarik
karena ia merupakan aspek penting dalam pemahaman kita terhadap alam
semesta, kelahiran serta proses evolusinya secara keseluruhan dalam
suatu pemahaman utuh yang menunjukkan kebesaran Allah Yang Maha Rahman
dalam menciptakan jagat raya ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar